REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Fenomena kelompok remaja yang kerap memberhentikan truk secara paksa dan menumpang di truk yang sedang melaju yang disebut rojali di Kota Bogor, Jawa Barat, sedang marak. Aktivitas berbahaya itu kenyatanya telah merenggut korban jiwa dan luka-luka.
Kapolresta Bogor Kota, Kombes Susatyo Purnomo Condro memaparkan, dalam kurun waktu dua tahun terakhir, sejak 2020 hingga 2022 ada enam orang meninggal dunia, dua orang mengalami luka berat, dan tiga orang luka ringan akibat aksi berbahaya tersebut. "Mereka sebagian besar terdiri dari remaja. Mereka sebenarnya butuh edukasi. Awal tahun ini tercatat ada dua korban luka berat," kata Susatyo kepada Republika di Kota Bogor, Jumat (28/1/2022).
Susatyo menyebutkan, ruas jalan yang menjadi titik rawan aksi para rojali berada di Jalan Soleh Iskandar, Jalan KS Tubun, Jalan Pahlawan, Jalan Abdullah Bin Nuh, dan Jalan Darul Quran. Dia menyatakan, ruas jalan tersebut kerap dilewati kendaraan besar, sehingga kelompok remaja memanfaatkan momen itu untuk beraksi.
"Mereka biasanya membuat konten-konten untuk diunggah ke media sosial dengan mempertaruhkan nyawa memberhentikan truk yang sedang melaju kencang secara mendadak dan paksa," jelas Susatyo.
Dengan adanya fenomena itu, Susatyo berharap, para orangtua lebih mengawasi anak-anaknya agar tidak ikut atau terlibat dalam kelompok tersebut. Terlebih, mereka melakukan aksi berbahaya seperti memberhentikan truk mendadak, dan menaiki truk-truk yang sambil melaju.
Susatyo juga meminta para pengemudi truk untuk tidak memberikan tumpangan karena berisiko menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Apalagi, truk yang membawa muatan tidak mudah untuk berhenti mendadak.
"Berbahaya untuk menumpang truk terbuka, apalagi memberhentikan kendaraan yang sedang melaju, karena truk dengan bobot tertentu tidak mudah untuk berhenti mendadak. Jangan lagi ada nyawa remaja yang meninggal sia-sia di jalanan," ucapnya.
Kasat Lantas Poresta Bogor Kota, Kompol Galih Apria mengatakan, jajarannya sedang melakukan upaya pencegahan aksi rojali dengan melibatkan tim gabungan dari Sabhara, Binmas, dan Polsek di setiap kecamatan. "Tim gabungan ini dibentuk oleh Pak Kapolresta untuk melakukan langkah yang tepat dengan cara menyambangi tokoh agama, tokoh masyarakat dan para pengurus sekolah yang ada di Kota Bogor untuk sama-sama berpartisipasi mencegah kegiatan rojali," ujarnya.