REPUBLIKA.CO.ID, QUETTA -- Angkatan bersenjata Pakistan mengatakan sepuluh orang tentara tewas dalam serangan pemberontak separatis. Serangan terjadi di sebelah barat daya pelabuhan yang menggunakan investasi dari China.
Serangan Kamis (27/1/2022) di distrik Kech, sebelah utara pelabuhan Gwadar merupakan serangan pemberontak terbesar beberapa tahun terakhir. Pemberontakan etnik Baloch pada pemerintah Pakistan biasanya dilakukan dalam skala kecil.
"Kami tegas dalam komitmen kami dalam menyingkirkan segala bentuk terorisme di Pakistan," kata Perdana Menteri Imran Khan dalam pernyataannya, Jumat (28/1/2022).
Ia juga menyampaikan bela sungkawa pada 10 tentara "syahid". Angkatan bersenjata Pakistan mengatakan satu orang penyerang tewas dan tiga lainnya ditangkap dalam operasi pembersihan yang terus berjalan.
Kelompok pemberontak Baloch Liberation Front (BLF) mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Dalam pernyataannya mereka mengatakan 17 tentara dan satu anggotanya tewas dalam serangan tersebut.
Geriliyawan etnis Baloch bertempur melawan pemerintah selama puluhan tahun. Mereka ingin memisahkan negara bagian karena pemerintah pusat mengeksploitasi sumber daya gas dan mineral di Provinsi Balochistan yang terletak di perbatasan Afghanistan dan Iran.
China terlibat dalam pembangunan pelabuhan Gwadar di Laut Arab dan proyek-proyek lain di provinsi tersebut yang merupakan bagian dari kerjasama Koridor Ekonomi Cina-Pakistan senilai 60 miliar dolar AS. Salah satu proyek Belt and Road Cina.
Pemberontak kerap mengincar proyek-proyek gas dan infrastruktur serta pos keamanan di provinsi itu. Tapi kini mulai menggelar serangan ke wilayah Pakistan lainnya.
Mereka juga kerap menyerang proyek-proyek China dan kerap menewaskan pegawai Cina. Pakistan sudah menjamin untuk melakukan semua yang bisa mereka lakukan untuk melindungi proyek China.
Islamabad juga menuduh India mendukung pemberontakan. New Delhi membantah keras tuduhan tersebut.