REPUBLIKA.CO.ID, oleh Flori Sidebang, Ronggo Astungkoro
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sepekan ini melancarkan dua kali serangan yang mengakibatkan empat prajurit TNI gugur. Serangan pertama terjadi di perbatasan Kampung Kamat dan Kampung Faan Kahrio, Distrik Aifat Timur Tengah Kabupaten Maybrat, Papua Barat, Kamis (20/1) pagi.
Saat itu, sejumlah personel TNI sedang memperbaiki jembatan yang rusak. Satu orang prajurit meninggal dunia dan empat prajurit lainnya mengalami luka tembak dalam penyerangan tersebut.
Serangan berikutnya terjadi di Bukit Tepuk, Kampung Jenggernok, Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Papua, Kamis (27/1) pagi. KKB menyerang Pos Koramil Gome, Satgas Kodim YR 408/Sbh. Tiga personel TNI AD gugur dalam kontak tembak tersebut, dan satu prajurit dalam kondisi kritis akibat luka tembak.
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) pun mengklaim bertanggung jawab atas dua serangan tersebut. Menyusul dua serangan itu, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa segera terbang ke Papua.
Andika menyatakan, para pelaku penembakan prajurit TNI di Kabupaten Puncak, Papua, hingga meninggal dunia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dia mengaku sudah mengantongi nama-nama pelaku dan akan terus melakukan pengejaran.
"Pelaku penembakan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kami sudah memiliki beberapa nama para pelaku penembakan dan kita kejar untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya," ujar Andika saat konferensi pers di Mimika, Papua, Jumat (28/1/2022).
Panglima TNI menegaskan, pada saat kejadian semua prajurit TNI melakukan tugas rutin saja. Ketika itu mereka diserang oleh anggota KKB. Andika menyebutkan, apa yang para pelaku lakukan adalah cara-cara yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
"Berdasarkan penjelasan-penjelasan dari beberapa individu yang juga berada di Ilaga kompleks, termasuk barusan juga dengan seluruh jajaran di Kodam Cenderawasih. Intinya, sebetulnya dari pihak TNI tidak ada sedikit pun usaha-usaha yang memprovokasi, tidak ada," kata Panglima TNI.
Menyikapi kejadian tersebut, Panglima TNI mengatakan telah melakukan evaluasi. Dia juga telah melakukan pembahasan tentang apa yang harus dilakukan TNI ke depan, khususnya bagi para prajurit yang bertugas di Papua.
"Kalau dari pihak kami, TNI, tidak ada lagi korban yang timbul atau jatuh akibat tindakan-tindakan kami, atau tindakan TNI. Bahkan tidak melakukan tindakan-tindakan pidana yang memang melanggar hukum nasional, Negara Republik Indonesia," jelas Andika.
Tindakan para pelaku penembakan yang membuat jatuhnya korban dari pihak TNI seperti yang terjadi di Maybrat, Papua Barat dan di Gome, Kabupaten Puncak, Papua, Andika sebut sebagai tindakan yang melawan hukum. Para pelaku, kata dia, telah melakukan tindak pidana berupa pembunuhan.
"Tentang apa langkah selanjutnya, sudah saya lakukan untuk kesekian kalinya, tapi semakin detail, semakin menggunakan dua insiden terakhir sebagai bahan evaluasi. Untuk penambahan pasukan tidak ada, tetap menggunakan mereka yang bertugas di sana untuk melakukan tugas-tugas Kodim dan Koramil," jelas Andika.
Pengamat militer dari Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE), Anton Aliabbas menilai, serangan-serangan oleh KKB yang terjadi belakangan ini semakin membuktikan bahwa pendekatan kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Justru hanya akan semakin memperkeruh masalah.
"Dan ini terjadi di Papua. Yang berganti hanyalah nama, namun, tidak ada perubahan mendasar dari cara pemerintah dalam menyelesaikan konflik di Papua," kata Anton saat dikonfirmasi, Kamis (27/1/2022).
Menurut Anton, dalam menyelesaikan masalah Papua tidak bisa secara parsial ataupun hanya dengan mengedepankan pendekatan pembangunan semata. Ia menyebut, tanpa adanya perubahan signifikan dari cara pandang pemerintah memandang dan menyelesaikan konflik Papua, maka jatuhnya korban baru tidak bisa dihindari.
"Semestinya pemerintah belajar dari sejarah bahwa pendekatan kekerasan tidak menyelesaikan konflik di Indonesia. Pendekatan dialog dan non-kekerasan sudah semestinya disiapkan serta dikedepankan," jelas dia.
"Soal format siapa dan bagaimana dialog dilakukan tentu nanti bisa didiskusikan. Tetapi, mengedepankan pendekatan damai atau non kekerasan tidak ada salahnya dicoba karena pendekatan itu tidak akan menyebabkan orang meninggal dunia," tambahnya.