REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat Ali Imran dinamai demikian karena di dalamnya dikemukakan kisah keluarga Imran dengan rinci, yakni Nabi Isa, Yahya, Maryam, dan ibunda beliau. Sedangkan Imran adalah ayah dari ibu Nabi Isa, yakni Siti Maryam.
Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, surat ini terdiri dari 200 ayat. Sekitar 80 ayat pertama berkaitan dengan kedatangan serombongan pendeta Kristen dari Najran pada tahun ke sembilan Hijriyah untuk berdiskusi dengan Nabi Muhammad di Masjid Madinah menyangkut Nabi Isa AS dalam kaitannya dengan keesaan Allah.
Walau telah berlangsung beberapa hari, diskusi tidak mencapai kata sepakat sehingga akhirnya Nabi Muhammad SAW mengajak mereka bermubahalah. Dalam kesempatan kehadiran para pendeta itu ke Masjid Nabi SAW di Madinah, mereka melaksanakan sholat sesuai dengan ajaran agama Kristen yang mereka anut di dalam Masjid Nabawi.
Nabi Muhammad SAW yang melihat hal tersebut membiarkan mereka. Hal ini sebagaimana yang diuraikan Al-Qurthubi dalam tafsirnya sebagaimana dikutip oleh Prof Quraish Shihab. Adapun nama lain dari Surat Ali Imran adalah Surat Al-Aman, Al-Kanz, At-Thibah, namun demikian yang populer adalah Ali Imran.
Prof Quraish menjelaskan tujuan utama dari surat Ali Imran adalah pembuktian mengenai tauhid, keesaan dan kekuasaan Allah SWT, serta penegasan dunia, kekuasaan, harta, dan anak-anak yang terlepas dari nilai-nilai Illahiyah tidak akan bermanfaat di akhirat kelak.