Jumat 28 Jan 2022 21:51 WIB

Polisi Ukraina Gelar Simulasi Ancaman Bom di Sekolah

Latihan simulasi ancaman bom dilakukan di sejumlah sekolah di ibu kota Kiev

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Prajurit Ukraina memeriksa situasi di posisi di garis depan dekat desa Avdiivka, tidak jauh dari kota Donetsk yang dikuasai militan pro-Rusia, Ukraina, 25 Januari 2022. AS dan Inggris mengumumkan akan menarik beberapa diplomat, personel tidak penting, dan keluarga anggota dari kedutaan mereka di Kiev di tengah meningkatnya ketakutan akan invasi Rusia.
Foto: EPA-EFE/STANISLAV KOZLIUK
Prajurit Ukraina memeriksa situasi di posisi di garis depan dekat desa Avdiivka, tidak jauh dari kota Donetsk yang dikuasai militan pro-Rusia, Ukraina, 25 Januari 2022. AS dan Inggris mengumumkan akan menarik beberapa diplomat, personel tidak penting, dan keluarga anggota dari kedutaan mereka di Kiev di tengah meningkatnya ketakutan akan invasi Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Polisi Ukraina menyelenggarakan simulasi untuk mengatasi dan melakukan evakuasi jika terjadi ancaman serangan bom. Latihan dilakukan di sejumlah sekolah di ibu kota Kiev dan kota-kota lain, termasuk Kharkiv, Lviv dan Zaporizhzhia.

Dinas Keamanan Ukraina telah mencatat lebih dari 300 ancaman bom pada awal 2022. Sementara, sepanjang 2021 jumlah ancaman bom sebanyak 1.100. Kiev menuding Rusia telah melancarkan perang hibrida. Rusia juga mengancam invasi besar-besaran dengan mengerahkan lebih dari 100 ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina.

"Tujuan dari Rusia jelas, untuk memberikan tekanan tambahan pada Ukraina, menabur kecemasan dan kepanikan di antara masyarakat," kata Dinas Keamanan Ukraina.

Latihan evakuasi dan mengatasi ancaman bom bagi siswa berfungsi sebagai pengingat nyata dari keadaan di Ukraina, dalam situasi perang maupun damai. Polisi Ukraina, Oleksandr Shcherbin, Ukraina menggunakan semacam maskot burung hantu untuk menahan ledakan. Maskot tersebut dapat menahan satu kilogram bahan peledak, yang dapat membunuh siapa pun dalam jarak lima meter dan melukai mereka yang berjarak hingga 15 meter.

Shcherbin menunjukkan sebuah video di kelas tentang ledakan dan pecahan pecahan peluru. Termasuk artileri dan mortir, granat dan ranjau serta alat peledak improvisasi yang menyerupai kotak cokelat dan casing ponsel.

"Jangan sentuh. Jangan sentuh benda mencurigakan. Jangan menyentuh benda yang dipajang di tempat yang tidak biasa," kata Shcherbin.

Dalam latihan tersebut, polisi Ukraina mengimbau agar para murid tidak takut dan tidak panik ketika ada ancaman bom. Mereka diminta untuk mengikuti instruksi dari guru.

"Anak-anak, jangan takut. Jangan panik. Jika ada alarm bom, dan ikuti instruksi dari guru kalian," ujar seorang polisi dalam latihan tersebut.

Dalam latihan tersebut, alarm peringatan serangan bom berbunyi di sekolah. Para siswa serta guru segera bergerak untuk mengungsi. Lebih dari 360 anak, dari usia enam hingga 16 tahun, berbaris di halaman sekolah yang tertutup salju untuk melakukan latihan evakuasi.

"Menakutkan. Itu membuatmu sadar ini bisa menjadi kenyataan kita sehari-hari. Saya suka pergi ke sekolah untuk belajar dan bertemu teman-teman. Bukan untuk ini," ujar seorang siswa berusia 13 tahun yang menyebut namanya sebagai Zhenya.

Pejabat Rusia menyalahkan Ukraina atas serangkaian tipuan bom serupa yang telah memaksa sekolah, pusat perbelanjaan, dan taman kanak-kanak melakukan evakuasi. Pada 2014, Moskow mencaplok Krimea dari Kiev dan mendukung pemberontak yang memerangi pasukan pemerintah di Ukraina timur. Konflik yang belum terselesaikan tersebut telah menewaskan 15 ribu orang.

Belum lama ini, Rusia mengerahkan ribuan pasukan militer ke perbatasan Ukraina. Negara Barat memprediksi, Rusia dapat melakukan invasi ke Ukraina.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement