REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Popularitas serial WeTV Layangan Putus membuat anak-anak juga terpapar kontennya. Bahkan, sebagian dari penonton cilik itu sampai hafal dialog dalam salah satu adegan serial yang mengangkat kisah perselingkuhan tersebut.
"Kita semua tahu, tidak semua tontonan itu diperuntukkan untuk anak-anak," kata psikolog anak Firesta Farizal, dikutip Sabtu (29/1/2022).
Firesta menjelaskan, anak-anak sebaiknya tidak mendapatkan informasi yang tidak sesuai dengan usianya. Sebab, mereka belum siap mencernanya secara kognitif atau kemampuan berpikir/penalaran, pemahaman, dan juga secara aspek sosial emosional.
Yang dikhawatirkan adalah salah pemahaman. Dengan keterbatasan pemahamannya yang belum sekompleks orang dewasa, anak mungkin bisa salah menangkap dan memahami apa yang ia tonton di serial yang dibintangi Reza Rahadian, Putri Marino, dan Anya Geraldine itu.
Lalu, orang tua juga perlu memperhatikan bagaimana anak merpersepsikan adegan-adegan yang dilihatnya. Misalnya, ada adegan berciuman antara tokoh suami dan perempuan yang bukan istrinya, mungkin saja anak berpikir, "Oh itu boleh ya?’.
"Ada misalnya beberapa anak hafal adegannya, hafal dialognya, itu juga kemungkinan dialognya adalah dialog orang dewasa, sehingga tidak tepat diucapkan anak-anak," kata Firesta.
Boleh jadi, anak-anak ini terpapar kata-kata yang tidak patut atau mereka malah penasaran ingin tahu lebih jauh terkait tontonan itu. Jika mereka ingin tahu lebih jauh tanpa mendapatkan pemahaman yang tepat, menurut Firesta, tentu ini berbahaya.
Untuk memberi gambaran kehidupan orang dewasa terkait rumah tangga, menurut Firesta, ayah dan ibu bisa memulainya dengan memberi contoh yang baik bagi anak. Perlihatkan komunikasi yang sehat antara ayah dan ibu, pembagian peran ayah dan ibu, kerja sama dalam keluarga.
"Kita kerja sama dalam rumah tangga, saling membangun iklim positif seperti apa. Jadi sebetulnya kalau terkait hubungan pernikahan atau keluarga, dimulai dari kita memberikan gambaran positif tentang kehidupan berkeluarga ke anak. Kan dia melihat langsung dan merasakan langsung, jadi belajarnya dari contoh nyata," ujar Firesta.
Dengan melihat langsung hubungan ayah-ibunya, maka anak tidak perlu lagi mencari-cari contoh, seperti dari film. Firesta mengingatkan agar orang tua berhati-hati dalam berperilaku, berucap, karena dilihat langsung oleh anak.
"Itu sangat memengaruhi bagaimana anak mempersepsikan kehidupan berkeluarga atau pernikahan nantinya," kata Firesta.