REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pemerintah India mengirim bantuan berupa tiga ton obat-obatan ke Afghanistan. Itu merupakan keempat kalinya India menyuplai bantuan kemanusiaan ke negara yang kini tengah dilanda multi-krisis tersebut.
“Sebagai bagian dari bantuan kemanusiaan kami yang sedang berlangsung, India menyuplai gelombang keempat bantuan medis berupa tiga ton obat-obatan esensial penyelamat nyawa ke Afghanistan. Bantuan serupa diberikan kepada Rumah Sakit Indira Gandhi, Kabul,” kata Kementerian Luar Negeri India dalam sebuah pernyataan, Sabtu (29/1/2022), dikutip laman Asian News International.
India menekankan, mereka tetap berkomitmen melanjutkan hubungan istimewa dengan rakyat Afghanistan dan menyediakan bantuan kemanusiaan untuk mereka. “Kami telah mengirim tiga kali bantuan kemanusiaan, terdiri dari 500 ribu dosis Covid-19 dan obat-obatan esensial ke Afghanistan,” kata Kemenlu India.
Ke depan India tidak hanya akan memberi bantuan medis, tapi juga pangan. Pekan ini Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kembali menyerukan negara-negara meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan. Dia pun meminta agar aset milik Afghanistan yang dibekukan sejak Taliban berkuasa dicairkan.
“Waktu sangat penting. Tanpa tindakan, nyawa akan hilang, dan keputusasaan serta ekstremisme bakal tumbuh,” kata Guterres saat berbicara di Dewan Keamanan PBB, Rabu (26/1), dikutip laman Gulf Today.
Guterres mengungkapkan, Amerika Serikat (AS) yang mengumumkan akan mengucurkan dana sebesar 308 juta dolar AS tetap menjadi penyumbang terbesar bagi Afghanistan. “Lebih banyak dukungan dari komunitas internasional diperlukan untuk memenuhi tingkat kebutuhan luar biasa yang dialami rakyat Afghanistan,” ucapnya.
Guterres mengatakan, bulan lalu dana perwalian rekonstruksi Bank Dunia untuk Afghanistan mentransfer 280 juta dolar AS ke UNICEF dan Program Pangan Dunia (WFP). Menurut dia, sisa 1,2 juta dolar AS harus segera dikeluarkan untuk membantu warga Afghanistan bertahan hidup di musim dingin.
Menurut Guterres, saat ini lebih dari separuh populasi di Afghanistan menghadapi tingkat kelaparan ekstrem. “Lebih dari 80 persen pendudukan bergantung pada air minum yang terkontaminasi, dan beberapa keluarga menjual bayi mereka untuk membeli makanan,” katanya.
Bulan lalu, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi yang menyatakan bahwa penyaluran bantuan kemanusiaan ke Afghanistan tidak melanggar sanksi terhadap Taliban. Afghanistan kembali diperintah oleh Taliban sejak Agustus tahun lalu. Sejak itu pula krisis kemanusiaan di negara tersebut kian memburuk.