REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Ahmad Muwafiq atau populer dipanggil Gus Muwafiq mengapresiasi keberanian Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman yang mencopot seluruh baliho Front Pembela Islam (FPI) di Jakarta pada November 2020. Bahkan, ia merayakan ketegasan Dudung kala masih menjabat panglima Kodam (Pangdam) Jaya itu dengan menggelar selamatan.
"Saya potong sapi, kemudian kita bagi-bagi. Besar yang saya potong," kata Muwafiq saat peluncuran buku berjudul Dudung Abdurachman Membongkar Operasi Psikologi Gerakan Intoleransi di Jakarta Selatan, Sabtu (29/1/2022). Hadir sebagai tamu Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAD) Marsekal Fadjar Prasetyo, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, eks Kepala BIN Jenderal (Purn) AM Hendropriyono, dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Habib Lutfi bin Yahya.
Muwafiq mengaku mengenal Dudung kala masih menjabat sebagai gubernur Akademi Militer (Akmil) pada 2018-2020. Dia mendapat undangan secara khusus untuk mengisi pengajian di Akmil.
"Saya bersama Pak Dudung di Akmil. Sungguh aneh, tiba-tiba di Akmil dikumpulkan seluruh masyarakat di Akmil. Saya diminta mengisi dengan tegas Pak Dudung minta tolong pahamkan radikalisme. Jadi, sebenarnya Jenderal dudung ini sudah cukup lama berpikir bagaimana (memikirkan masalah radikalisme)," kata Muwafiq.
Jenderal Dudung Abdurachman pun menceritakan ketegangan sebelum prajurit TNI se-Garnisun Jakarta mencopot spanduk FPI di Ibu Kota. Dia menyebut, sebuah pos Satpol PP di Jakarta Utara yang menurunkan baliho didatangi sekelompok anggota ormas meminta petugas memasang kembali baliho yang sudah diturunkan.
Dia pun akhirnya berkomunikasi dengan Kapolda Metro Jaya menyikapi situasi terkini di Jakarta. Kemudian, Dudung mendapat laporan dari salah satu stafnya di Kodam Jaya jika di beberapa titik baliho dijaga anggota FPI yang membawa parang. "Saya bilang 'Kalau kamu takut, saya bilang belum hadir negara ini'. Setiap batalyon kerahkan," ujar Dudung memberi perintah mencabut semua baliho sampai bersih.
Dia juga menyinggung kedatangan Habib Rizieq Shihab (HRS) di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Provinsi Banten, pada 10 November 2020. Dudung menyebut, HRS merasa besar kepala karena disambut sekitar 18 ribu pendukungnya hingga menuju Petamburan, Jakarta Pusat.
Adapun, yang membuat Dudung tidak terima, dalam salah satu ceramahnya, HRS menjelek-jelekkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia juga merasa perlu bertindak karena FPI dulunya seperti dibiarkan dan selalu mengeluarkan narasi kebencian, kebohongan, dan mengumpat orang.
"Dia mengata-ngatain pejabat-pejabat, dia mengatakan Presiden gila dengan bahasa-bahasa yang tidak bagus dan memprovokasi. Melihat fenomena seperti ini saya bilang 'negara harus hadir'," kata Dudung.