Ahad 30 Jan 2022 11:15 WIB

Dari Gapoktan Jadi Korporasi, Tani Mulus Beri Solusi Petani

Produksi padi mereka semakin meningkat setelah menjadi binaan BI Perwakilan Cirebon.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
PT Telkom gandeng Gapoktan Tani Mulus, Desa Mundakjaya, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu kembangkan koperasi petani.
Foto: Istimewa
PT Telkom gandeng Gapoktan Tani Mulus, Desa Mundakjaya, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu kembangkan koperasi petani.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Bermula dari gabungan kelompok tani (gapoktan), Tani Mulus di Desa Mundakjaya, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, kini menjelma menjadi korporasi. Tak hanya memberikan solusi bagi petani, korporasi itupun berperan dalam bidang ekonomi dan sosial warga setempat.

Beras Premium, Beras Hitam Premium, Beras Merah Premium merupakan beras yang dikemas dengan kemasan menarik ukuran 1 kg itu terpajang di rak kantor koperasi Tani Mulus. Beras berkualitas tinggi itu merupakan salah satu produk yang dihasilkan para petani yang menjadi anggota koperasi tersebut.

Baca Juga

Dirut PT Tani Mulus Emas, Muhaimin, menjelaskan, Gapoktan Tani Mulus terbentuk pada 2010. Saat itu, anggotanya hanya 140 orang, dari tiga kelompok tani.

"Dengan luas lahan garapan 278 hektare, produksi padi saat itu hanya lima ton per hektare," ujar Muhaimin, Sabtu (29/1).

Untuk lebih meningkatkan usaha para petani sekaligus memiliki legalitas hukum, Gapoktan Tani Mulus lalu membentuk koperasi pada 2012. Anggotanya adalah orang-orang yang menjadi anggota gapoktan tersebut. Melalui kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) para anggota, hasil panen mereka bisa meningkat menjadi 6,7 ton per hektare.

Produksi padi itu semakin meningkat setelah mereka menjadi binaan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Cirebon pada 2014. Saat itu, dengan dukungan BI dan peran penyuluh pertanian, mereka membuat demplot (lahan percontohan) dengan menerapkan metode tanam hazton maupun jajar legowo.

Dalam metode tanam hazton, petani menggunakan bibit tua yang umur persemaiannya 30 hari. Dengan metode itu, mereka bisa lebih mengefisienkan pemupukan karena tanaman tidak memerlukan anakan. Selain itu, serangan hama lebih terkendali.

Namun, bibit yang digunakan lebih banyak, yakni 140 kilogram per hektare dari yang biasanya 25 kilogram per hektare. Pasalnya, dalam satu lubang, jumlah rumpun yang ditanam lebih banyak, yakni 30 rumpun.

Sedangkan dalam metode jajar legowo, sangat diperhatikan jarak tanaman maupun pematangnya. Dalam jajar legowo, ada jarak pematang 40 centimeter. sehingga dari sisi penyinaran matahari jadi lebih sempurna.

"Secara bertahap mulai 2014 sampai 2019, produksi padi meningkat rata-rata 8,6 ton per hektare. Produksi itu bertahan sampai sekarang," kata Muhaimin.

Pada 2019 itu, koperasi Tani Mulus dijadikan oleh Pemerintah Pusat sebagai korporasi. Anggotanya mencapai 2.742 orang dan luas lahan 10 ribu hektare di tiga kecamatan. Yakni, Kecamatan Cikedung, Terisi dan Lelea.

Muhaimin menyadari, selain dari sisi produksi, ada tiga masalah pokok lainnya yang dihadapi petani. Yakni, akses pembiayaan, pemenuhan kebutuhan sarana dan kepastian pasar saat panen.

"Di korporasi ini kami hadirkan solusi dari tiga masalah itu," tukas Muhaimin.

Untuk mengatasi masalah pertama, korporasi Tani Mulus bermitra dengan BNI, yang didorong oleh BI, dari segi keuangannya. Para petani bisa mengakses pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR). Sejak 2019 sampai sekarang, tercatat ada 400 orang petani yang mengakes pembiayaan, dengan nilai total Rp 7,6 miliar.

Untuk masalah sarana produksi, korporasi Tani Mulus menghadirkan kios pupuk, sekaligus penyediaan benih dan obat-obatan. Sedangkan solusi dari masalah pasar, korporasi Tani Mulus bermitra dengan beberapa mitra pasar. Seperti food station, Nusindo, Pupuk Indonesia Pangan maupun sejumlah ritel modern. Selain itu, mereka juga bermitra dengan market place.

"Dengan memiliki mitra pasar, maka petani sudah memiliki kepastian harga saat panen," ujar Muhaimin.

Meski telah mengalami peningkatan kesejahteraan, namun para petani dalam korporasi Tani Mulus tak menutup mata dengan kondisi di sekitar mereka. Karenanya, mereka juga bergerak dalam bidang sosial.

Kegiatan yang mereka lakukan di antaranya dengan menyekolahkan anak-anak terlantar dan putus sekolah. Selain di sekolah formal, anak-anak itu juga diarahkan untuk memperoleh pendidikan informal maupun pelatihan kerja.

Selain itu, memberikan perlindungan terhadap anak yang berlawanan dengan hukum, disabilitas maupun lansia. Mereka juga memberikan pelatihan wirausaha kepada kaum perempuan.

"Kami menyadari, dalam pembangunan manusia, ada dua faktor yang harus ditumbuhkan, yaitu ekonomi dan sosial. Manakala ekonominya lemah, maka muncullah kasus sosial seperti pencurian, tawuran dan lainnya," tandas Muhaimin. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement