Ahad 30 Jan 2022 15:56 WIB

'Waktu Saya Pangdam Jaya, Ada Kelompok yang Mencoba Memecah Belah Persatuan'

Jenderal Dudung menyebut, pemahaman radikalisme menyebar sangat cepat di medsos.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman usai menghadiri peluncuran buku berjudul Dudung Abdurachman Membongkar Operasi Psikologi Gerakan Intoleransi di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (29/1/2022).
Foto: Republika/Erik PP
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman usai menghadiri peluncuran buku berjudul Dudung Abdurachman Membongkar Operasi Psikologi Gerakan Intoleransi di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (29/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman menjelaskan jika buku Dudung Abdurachman Membongkar Operasi Psikologi Gerakan Intoleransi berisi upayanya dalam mencegah berkembangnya praktik radikalisme di Indonesia. Menurut dia, pemahaman radikalisme sekarang bisa menyebar sangat cepat di media sosial (medsos).

"Waktu saya apel di Monas, di medsos itu banyak informasi-informasi yang arahnya menurut saya mencoba memecah belah persatuan dan kesatuan, bangsa ini dibangun karena memang perbedaan, oleh karenanya lahirlah Pancasila dan di Pancasila itulah Ketuhaan yang Mahaesa, karena bangsa kita beragam, berbeda agama, berbeda budaya tapi disatukan," kata Dudung saat ditemui Republika di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (29/1/2022).

Baca Juga

Menurut Dudung, berbagai kebudayaan itu bisa bersatu dalam persatuan Indonesia. Sehingga ia merasa terpanggil untuk menjaganya. "Dengan yang saya lakukan waktu saya Pangdam Jaya, saya katakan ini sudah ada benih-benih dari beberapa tahun yang lalu ada kelompok-kelompok yang mencoba memecah belah persatuan dan kesatuan, menurut saya negara harus hadir," kata Dudung.

Tanpa menyebut nama organisasi Front Pembela Islam dan Habib Rizieq Shihab (HRS), Dudung menegaskan, kehadiran organisasi itu sangat meresahkan masyarakat. "Karena narasi-narasi yang disampaikan oleh yang bersangkutan adalah narasi kebencian, bahkan saya melihat videonya mengatakan kalimat-kalimat yang tidak pantas kepada Presien Republik Indonesia Bapak Jokowi," ucap mantan Gubernur Akademi Militer (Akmil) tersebut.

"Saya tergerak tentunya gerakan yang saya lakukan dengan kepolisian dan Satpol PP, tidak serta merta saya sendirian menurut saya TNI AD atau aparat, atau negara harus hadir, jangan ini dibiarkan itulah yang ada dalam buku itu, sehingga kepada seluruh masyarakat negara ini dibangun, dibentuk, didirikan tidak semudah membalikkan telapak tangan tapi penuh perjuangan penuh pengorbaban dan tetesan darah," kata Dudung menambahkan.

Hadir sebagai tamu dalam acara peluncuran buku, yaitu eks Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) Hendropriyono, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAD) Marsekal Fadjar Prasetyo, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki,  dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Habib Lutfi bin Yahya, anggota Komisi I DPR Effendi Muara Sakti Simbolon, serta KH Ahmad Muwafiq alias Gus Muwafiq.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement