Ahad 30 Jan 2022 17:16 WIB

Erick Thohir: BUMN Hari Ini Beda dengan BUMN Dulu

BUMN yang sekarang adalah kapal induk yang menyatukan semua dan ciptakan keseimbangan

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri BUMN Erick Thohir. Erick menyatakan, BUMN hari ini tak ingin jadi menara gading.
Foto: Dok. Kementerian BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir. Erick menyatakan, BUMN hari ini tak ingin jadi menara gading.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus melakukan transformasi dalam tubuh BUMN. Perampingan jumlah BUMN, hingga pembentukan sejumlah holding merupakan bentuk upaya dalam memperbaiki tata kelola hingga optimalisasi kinerja BUMN.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, sebagai sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia, BUMN harus mampu mendukung pertumbuhan bisnis untuk seluruh pihak dan memastikan peningkatan kesejahteraan masyarakat juga dapat terjadi.

Baca Juga

"Kalau BUMN jadi menara gading, enak dilihat, tapi enggak enak dipegang, keras. Jadi, BUMN yang sekarang itu kapal induk besar yang menyatukan semua yang ada untuk membangun keseimbangan ekosistem. Itu tugasnya BUMN, badan usaha milik negara, bukan badan usaha milik nenek lu," ujar Erick saat Kick Off dan Peluncuran PMO Kopi Nusantara serta Pelepasan Ekspor Kopi Perdana PT PPI di Lampung, Ahad (30/1/2022).

Erick mengatakan pembentukan PMO kopi Nusantara merupakan salah satu bentuk keberpihakan BUMN terhadap para petani kopi. Dengan begitu, para petani kopi kini dapat bergabung dalam program Makmur yang menyediakan beragam dukungan dalam bentuk pembiayaan, pendampingan, jaminan asuransi, hingga akses pasar. Tak hanya melibatkan sejumlah BUMN dari hulu ke hilir, Erick juga mengajak pihak swasta untuk ikut terlibat dalam pengembangan kopi Nusantara. 

"Tolong kami ini didukung dan saya pastikan BUMN hari ini berbeda dengan BUMN yang dulu-dulu karena filosofinya kita ingin merajut, kita tidak mau jadi menara gading," tegas Erick.

Erick menyampaikan kolaborasi menjadi kunci utama dalam memajukan sektor kopi lokal agar mampu bersaing di tingkat global. Dengan kolaborasi, ucap Erick, akan terjadi keseimbangan ekonomi yang mendorong harmonisasi bagi seluruh elemen bangsa, baik pengusaha, petani, dan pemerintah.

"Kita harus sama-sama merajut ekosistem untuk kesejahteraan semua, bukan mengental untuk sebagian kelompok. Kalau seperti itu tidak harmonis, tidak rukun, akhirnya ada gonjang-ganjing. Itu lah pentingnya ekosistem agar tidak saling menginjak sekadar untuk kepentingan jangka pendek," kata Erick menambahkan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement