REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- NATO tidak memiliki rencana untuk mengerahkan pasukan tempur ke Ukraina jika terjadi invasi Rusia. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Ahad (30/1) mengatakan, Ukraina bukan negara anggota NATO sehingga aliansi militer tersebut tidak bisa mengirim pasukan ke negara itu.
"Kami tidak memiliki rencana untuk mengerahkan pasukan tempur NATO ke Ukraina, kami fokus untuk memberikan dukungan. Ada perbedaan antara menjadi anggota NATO dan menjadi mitra yang kuat dan sangat dihargai seperti Ukraina," ujar Stoltenberg.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan mengirim pasukan Amerika ke Eropa Timur dan negara-negara NATO. Hal ini diungkapkan Biden beberapa hari setelah Pentagon menempatkan ribuan tentara dalam siaga tinggi, di tengah ketegangan antara Rusia dan Ukraina.
"Saya akan memindahkan pasukan AS ke Eropa Timur dan negara-negara NATO dalam waktu dekat," kata Biden dilansir Anadolu Agency.
Belum lama ini Pentagon mengatakan, 8.500 tentara telah disiagakan jika NATO mengaktifkan Pasukan Responsnya atau jika situasi keamanan di Eropa semakin memburuk. Juru bicara Departemen Pertahanan John Kirby mengatakan, pasukan angkatan darat akan dikerahkan ke Eropa jika diperlukan, termasuk logistik, medis, penerbangan, intelijen, pengawasan dan pengintaian serta transportasi.