Ahad 30 Jan 2022 19:35 WIB

Kejadian Bencana di Sukabumi Rata-Rata 172 Kasus per Tahun

Untuk mengatasi ancaman bencana diperlukan ketangguhan yakni unsur pentahelik

Rep: riga nurul iman/ Red: Hiru Muhammad
Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi meninjau bencana banjir dan longsor di Kecamatan Gunungpuyuh, Ahad (7/11) sore.
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi meninjau bencana banjir dan longsor di Kecamatan Gunungpuyuh, Ahad (7/11) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Kejadian bencana di Kota Sukabumi per tahunnya rata-rata mencapai sekitar 172 kasus. Di mana jenis bencana yang paling mendominasi adalah tanah longsor dan cuaca ekstrem.

'' Kami telah menghimpun catatan indikasi bencana terjadi di Kota Sukabumi mulai dari 2013–2021,'' ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi, Zulkarnain Barhami kepada wartawan, Ahad (30/1/2022). Di mana tercatat rata-rata kejadian tiap tahunnya 172 kali yang kecendrungan indikasi meningkat.

Baca Juga

Selama kurun waktu sembilan tahun itu kata Zulkarnain terhimpun sebanyak 1.553 kejadian bencana yang terjadi. Rinciannya mulai kebakaran 247 kali, banjir 198 kali, tanah longsor 443 kali, puting beliung 120, gempa 103 dan cuaca ektrem 442.

Seribuan bencana ini lanjut Zulkarnain terjadi di tujuh kecamatan. Sebarannya ada Kecamatan Cikole 296 kali kejadian, Cibeureum 160 kali, Citamiang 233 kali, Gunungpuyuh 240 kejadian, Warudoyong 209 kejadian, Lembursitu 175 kali, Baros 139 kejadian dan terasa di 7 kecamatan 103 kali bencana.

Untuk menghadapi bencana ini lanjut Zulkarnain, diperlukan ketangguhan daerah dalam pembangunan menjadi hal yang penting dilakukan yakni unsur pentahelik. Di mana BPBD Kota Sukabumi menetapkan blue printnya dengan mematok kapasitas bencana daerah harus naik poinnya.

Zulkarnain menuturkan, setiap tahun hingga 2023 ditarget 0,55 dengan 8 (delapan) indikasi prioritas. Mulai dari perkuatan kebijakan dan kelembagaan, pengkajian risiko dan perencanaan terpadu, pengembangan sistem informasi diklat dan logistik.

Selain itu penanganan tematik kawasan rawan bencana, peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana, perkuatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat hingga pengembangan sistem pemulihan bencana. Zulkarnain menerangkan, dalam penguatan ketangguhan ini tidak bisa dilakukan secara sendiri.

Namun perlu keterlibatan multi pihak sepert kampus dari akademisi yang berkutat di Tri Darmanya. Harapannya semua rekomendasi yang diterbitkan multi pihak harus bergerak agar akselerasi ketangguhan tercapai Kota Sukabumi Renyah dan Tangguh.

Salah satu kampus yang menjadi sasaran yakni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Sukabumi. BPBD Kota Sukabumi memberikan materi pengelolaan risiko bencana dalam mewujudkan ketangguhan daerah pada acara kuliah pakar program sarjana Keperawatan dan Ners serta program diploma Stikes pada Sabtu (29/1/22) lalu.

Dalam momen ini ungkap Zulkarnain, disampaikan lanskap risiko bencana merupakan jantung dalam membangun ketahanan terhadap bencana. Sebab pengurangan risiko bencana (PRB) menjadi sangat penting dilakukan karena bencana adalah masalah yang komplek mulai dari lingkungan hingga pembangunan.

Di mana kesiapan secara konvensional perlu namun belum lengkap dan menyeluruh. Targetnya pemaduan dan pengarusutamaan PRB dalam pengambilan keputusan dan kegiatan sehari hari memberikan kontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement