REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Milisi Houthi yang didukung Iran terus melanggar embargo senjata yang diberlakukan PBB di Yaman. Houthi juga kerap merekrut anak-anak untuk berperang dalam perang tujuh tahun.
Sebuah laporan yang diberikan kepada Dewan Keamanan PBB dan diterbitkan pada Sabtu (29/1/2022), dikutip laman Al Arabiya menunjukkan semua pasukan militer dan paramiliter Houthi melanggar embargo senjata di Sanaa. Laporan setebal 300 halaman itu mengatakan bahwa Houthi terus mendapatkan komponen penting untuk sistem senjata mereka dari perusahaan-perusahaan di Eropa dan Asia. Houthi menggunakan jaringan perantara yang kompleks untuk mengaburkan rantai penjagaan.
Dikatakan bahwa sebagian besar jenis kendaraan udara tanpa awak, alat peledak improvisasi yang ditularkan melalui air, dan roket jarak pendek dirakit di daerah yang dikuasai Houthi. "Komponen seperti mesin dan elektronik, bersumber dari luar negeri menggunakan jaringan perantara yang kompleks di Eropa, Timur Tengah dan Asia," tulis laporan tersebut.
Laporan itu tidak mengkonfirmasi tuduhan AS dan Saudi yang sering terjadi bahwa Iran terlibat langsung dalam pelanggaran tersebut. Teheran mengakui mendukung Houthi secara politis tetapi menyangkal telah membantu mereka mendapatkan senjata.
Para ahli mengatakan bukti menunjukkan bahwa komponen senjata dan peralatan militer lainnya terus dipasok melalui darat ke pasukan Houthi oleh individu dan entitas yang berbasis di Oman. Oman, yang berbatasan dengan Yaman, adalah satu-satunya negara di kawasan itu selain Iran yang mempertahankan hubungan resmi dengan Houthi.
Laporan itu juga mengatakan alat peledak improvisasi yang terbawa air diluncurkan dari daerah yang dikuasai Houthi dengan frekuensi yang meningkat selama setahun terakhir. Sementara itu, untuk kasus tentara anak, para ahli berulang kali mengecam penggunaan tentara anak dalam konflik, dan meminta semua pihak untuk menahan diri dari menggunakan sekolah, kamp musim panas dan masjid untuk merekrut anak-anak.
Mereka merekomendasikan untuk menjatuhkan sanksi kepada mereka yang melakukannya. Laporan itu termasuk foto-foto anak-anak yang dikatakan telah dilatih dan diindoktrinasi oleh Houthi. Para ahli mengatakan mereka telah mengidentifikasi total 1.406 anak berusia 10 hingga 17 tahun yang tewas di medan perang pada 2020 setelah direkrut oleh Houthi.