Selasa 01 Feb 2022 06:30 WIB

SARS-CoV-2 Bisa Menginfeksi Melebihi Masa Isolasi Mandiri yang Direkomendasikan

Batasan waktu 14 hari isolasi mandiri Covid-19 dinilai tidak cukup.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi sembuh dari infeksi virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19. SARS-CoV-2 ditemukan masih mampu menginfeksi meski orang telah menjalani isolasi mandiri selama 14 hari, sesuai ketentuan.
Foto: www.freepik.com
Ilustrasi sembuh dari infeksi virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19. SARS-CoV-2 ditemukan masih mampu menginfeksi meski orang telah menjalani isolasi mandiri selama 14 hari, sesuai ketentuan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru menemukan adanya kasus atipikal di mana pasien terinfeksi SARS-CoV-2 selama lebih dari 200 hari. Temuan ini menunjukkan bahwa virus penyebab Covid-19 ini bisa menginfeksi seseorang melebihi masa isolasi mandiri yang direkomendasikan.

Studi yang dimuat dalam Frontiers in Medicine Journal ini melibatkan 38 pasien Covid-19 di Brasil. Seluruh pasien dipantau setiap pekan pada periode April-November 2020.

Baca Juga

Setiap pasien dipantau sampai mereka menunjukkan hasil tes RT-qPCR negatif sebanyak dua atau tiga kali. Dari 38 kasus yang dipantau, ada dua pasien laki-laki dan satu pasien perempuan yang tampak mengalami kasus atipikal alias tak biasa. Keberadaan virus terdeteksi pada organisme pasien-pasien ini selama lebih dari 70 hari.

"Pasien tetap positif selama 71-232 hari," ungkap salah satu koordinator Pasteur-USP Scientific Platform, Paola Minoprio, seperti dilansir Times Now News, Senin (31/1/2022).

Studi ini dilakukan untuk mengetahui apakah batasan masa isolasi mandiri selama 14 hari untuk pasien Covid-19 sudah cukup. Berdasarkan temuan dalam studi ini, tim peneliti menilai batasan waktu tersebut tidak cukup.

"Kami bisa mengatakan bahwa sekitar delapan persen orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 bisa menularkan virus selama lebih dari dua bulan, tanpa harus merasakan gejala apa pun pada tahap akhir infeksi," pungkas peneliti Marielton dos Passos Cunha.

Ini bukan kali pertama peneliti menemukan bukti bahwa virus bisa tetap aktif lebih lama dari yang diperkirakan pada pasien dengan gejala ringan. Pada 2021, peneltii dari Institute of Tropical Medicine di University of Sao Paulo juga mendapatkan temuan serupa dari 29 sampel yang mereka analisis.

Sampel yang mereka gunakan diambil dari sekresi nasofaring pasien yang positif Covid-19. Sampelnya tersebut diambil 10 hari setelah gejala pertama muncul pada pasien. Sampel-sampel tersebut lalu diinokulasi ke dalam sel-sel yang ditumbuhkan di laboratorium.

Pada sekitar 25 persen kasus, virus dari sampel masih mampu menginfeksi sel dan mereplikasinya secara in vitro. Secara teori, paparan droplet dari 25 persen partisipan masih bisa menginfeksi orang lain pada waktu sampel diambil.

Studi lain pada Juni 2021 menunjukkan dampak yang lebih signifikan pada orang dengan masalah gangguan sistem imun. Studi ini menyoroti sebuah kasus Covid-19 pada pasien berusia 40 tahun yang berlangsung setidaknya selama 218 hari. Pasien ini sempat menjalani terapi agresif untuk kanker sebelum terkena Covid-19.

Studi lain dalam New England Journal of Medicine pada Desember 2020 juga menemukan kasus serupa. Studi tersebut melibatkan seorang pasien dengan gangguan imun berusia 45 tahun. Pasien dengan gangguan darah autoimun tersebut terinfeksi SARS-CoV-2 selama 143 hari.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement