Selasa 01 Feb 2022 12:12 WIB

Ilmuwan Temukan Planet Ekstrem Mirip Bumi, Atmosfernya dari Gas Logam

Atmosfer titanum oksida berfungsi seperti lapisan ozon di Bumi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
ilustrasi:temuan planet - Foto handout yang disediakan oleh European Southern Observatory (ESO) pada 27 Maret 2019 menunjukkan kesan seniman terhadap planet ekstrasurya yang diamati, yang dinamai HR8799e (dikeluarkan 27 Maret 2019). Instrumen GRAVITASI pada Very Large Telescope Interferometer (VLTI) milik ESO telah melakukan pengamatan langsung pertama dari sebuah planet ekstrasurya menggunakan interferometri optik. Metode ini mengungkap atmosfer eksoplanet yang kompleks dengan awan besi dan silikat yang berputar-putar dalam badai di seluruh planet. Teknik ini memberikan kemungkinan unik untuk mengkarakterisasi banyak exoplanet yang dikenal saat ini.
Foto: EPA-EFE/ESO/L. Calcada
ilustrasi:temuan planet - Foto handout yang disediakan oleh European Southern Observatory (ESO) pada 27 Maret 2019 menunjukkan kesan seniman terhadap planet ekstrasurya yang diamati, yang dinamai HR8799e (dikeluarkan 27 Maret 2019). Instrumen GRAVITASI pada Very Large Telescope Interferometer (VLTI) milik ESO telah melakukan pengamatan langsung pertama dari sebuah planet ekstrasurya menggunakan interferometri optik. Metode ini mengungkap atmosfer eksoplanet yang kompleks dengan awan besi dan silikat yang berputar-putar dalam badai di seluruh planet. Teknik ini memberikan kemungkinan unik untuk mengkarakterisasi banyak exoplanet yang dikenal saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan menemukan sebuah planet di luar tata surya mungkin memiliki atmosfer kompleks yang terbuat dari gas logam. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy, menemukan bukti bahwa logam yang ditemukan di atmosfer WASP-189b merupakan penelitian pertama yang menunjukkan  bahwa planet gas raksasa seperti Jupiter mungkin memiliki atmosfer yang kompleks seperti Bumi.

Sebelumnya, para astronom berasumsi bahwa atmosfer eksoplanet ada sebagai lapisan seragam. "Di masa lalu, hanya mungkin untuk menganalisis atmosfer jenis exoplanet ini dengan model satu dimensi,” kata Bibiana Prinoth, seorang mahasiswa doktoral di Universitas Lund di Swedia yang merupakan penulis utama studi tersebut, dalam sebuah rilis pers, dilansir dari UPI, Selasa (1/2/2022)

Baca Juga

“Dalam penelitian kami, kami membuka jalan untuk menggunakan spektograf resolusi tinggi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang atmosfer eksoplanet,” ujarnya.

Para peneliti secara khusus mencatat keberadaan titanium oksida bisa menyerap radiasi gelombang pendek seperti radiasi ultraviolet yang dipancarkan oleh bintang-bintang seperti matahari.

“Deteksinya dapat menunjukkan lapisan di atmosfer WASP-189b yang berinteraksi dengan iradiasi bintang mirip dengan bagaimana lapisan ozon di Bumi,” kata rekan penulis studi Kevin Heng, profesor astrofisika di Universitas Ber, dalam siaran persnya.

Prinoth mengatakan bahwa para peneliti menemukan bukti bahwa atmosfer dilapisi dengan gas yang berbeda dengan cara yang berbeda- seperti lapisan uap air dan ozon di atmosfer bumi. Gas logam lain yang ditemukan di atmosfer WASP-189b termasuk besi, kromium, vanadium, magnesium, dan mangan.

“Saya sering ditanya apakah menurut saya penelitian saya relevan dengan pencarian kehidupan di tempat lain di alam semesta. Jawaban saya selalu ya. Jenis studi ini merupakan langkah pertama dalam pencarian ini,” kata Prinoth.

Di atas atmosfer logamnya, WASP-189b adalah planet yang terletak 322 tahun cahaya dari Bumi. Planet ini mungkin yang paling ekstrem dari 42.000 eksoplanet yang diketahui. Suhu siang hari  di sana sekitar 5.792 derajat Fahrenheit.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement