REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon tengah berdiskusi dengan sekutu di Eropa Timur tentang kemungkinan penempatan lebih banyak pasukan Amerika Serikat (AS) ke sisi timur NATO. AS mulai bergerak untuk meyakinkan NATO dalam menghadapi potensi pengerahan pasukan Rusia di dekat Ukraina.
Pentagon mengatakan, setiap keputusan tentang pergerakan pasukan baru akan terpisah dari 8.500 personel militer AS yang disiagakan untuk meningkatkan pasukan respons cepat NATO. Ini merujuk komentar Presiden Joe Biden pekan lalu tentang potensi jangka pendek penyebaran pasukan ke Eropa Timur.
Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan, pasukan yang dirujuk Biden berpotensi dikerahkan kembali dari dalam Eropa. "Kami akan melalui kerja keras untuk memberikan opsi bagi panglima tertinggi jika dia memutuskan untuk melakukan itu dalam konsultasi erat dengan sekutu sebenarnya sendiri," kata Kirby, Senin (31/1/2022).
Secara terpisah, militer AS pekan lalu menempatkan sekitar 8.500 tentara di AS untuk siap dikerahkan ke Eropa. Sebagian besar dari pasukan itu bertujuan mengisi jajaran pasukan respon cepat NATO jika aliansi memanggil mereka untuk bertugas.
Rusia membantah merencanakan invasi. Namun setelah merekayasa krisis yang sedang berlangsung dengan mengepung Ukraina dengan pasukan dari utara, timur dan selatan, Moskow kini mengutip tanggapan Barat sebagai bukti untuk mendukung narasinya bahwa Rusia adalah target, bukan penghasut maupun agresi.
Rusia menuntut jaminan keamanan termasuk janji bahwa NATO tidak akan pernah mengakui Ukraina. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov diperkirakan akan berbicara melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Selasa (1/2/2022).
Biden menekankan upaya diplomatik yang bertujuan menghindari konflik. "Kami terus terlibat dalam diplomasi tanpa henti dan untuk mengurangi ketegangan," kata Biden kepada wartawan di Ruang Oval.
Rusia merebut Krimea dari Ukraina pada 2014 dan mendukung pemberontak pro-Rusia yang memerangi pasukan pemerintah di Ukraina timur.