Rabu 02 Feb 2022 00:45 WIB

Triliunan Partikel Plastik Kontaminasi Salju di Pegunungan Alpen

Penelitian tentang nanopartikel plastik di udara masih sangat terbatas.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Bilal Ramadhan
Salju di pegunungan alpen.
Foto: BBC
Salju di pegunungan alpen.

REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Limbah plastik tidak hanya berakhir di daratan dan lautan, tetapi juga bisa mengontaminasi pegunungan. Hal tersebut dibuktikan dalam sebuah studi yang terbit di jurnal Environmental Pollution.

Para peneliti dari Swiss, Austria, dan Belanda memperkirakan ada hampir 43 triliun partikel plastik yang mendarat di Swiss setiap tahun. Kontaminasi mencakup Pegunungan Alpen serta dataran rendah dan perkotaan di negara tersebut.

Baca Juga

Studi mendalami berapa banyak plastik yang jatuh kembali dari atmosfer ke Bumi. Tim penulis mendapati bahwa nanopartikel plastik tertentu bisa melakukan perjalanan lebih dari 1.200 mil (sekitar 1.931 kilometer) dari udara ke tanah.

Karya ilmiah ini dianggap penting karena penelitian tentang nanopartikel plastik di udara sangat terbatas. Sampai saat ini, studi baru ini adalah proyek paling komprehensif yang berfokus pada polusi plastik di udara.

Untuk menghitung partikel plastik, para peneliti menciptakan metode kimia yang mampu menentukan kontaminasi sampel yang dikumpulkan dengan spektrometer massa. Mereka berfokus pada wilayah kecil yang terletak di ketinggian 3.106 meter, terletak di Gunung Hoher Sonnblick di Taman Nasional Hohe Tauern, Austria.

Setiap pagi, terlepas dari kondisi cuaca harian, para peneliti mengumpulkan sebagian dari lapisan atas salju di gunung itu dan menyimpannya dengan hati-hati. Tim dapat melacak asal setiap partikel kecil berkat data angin dan cuaca Eropa.

Proses itu mengarah pada penemuan bahwa jumlah nanopartikel terbanyak yang memasuki atmosfer berasal dari daerah padat penduduk dan perkotaan. Sekitar 30 persen dari nanopartikel plastik yang ditemukan di puncak gunung ini berasal dari jarak 124 mil, mayoritas merupakan area perkotaan.

Namun, kota bukan satu-satunya sumber polusi plastik di udara. Studi juga melaporkan plastik dari lautan masuk ke udara. Hanya sekitar 10 persen partikel terukur yang mendarat di gunung tampaknya berasal dari limbah di Samudra Atlantik (berjarak sekitar 1.240 mil).

Saat ini, kehidupan manusia di bumi telah menghasilkan 8.300 juta ton plastik dan sekitar 60 persen di antaranya sudah berupa sampah. Seiring waktu, semua plastik itu terurai dari plastik makro menjadi plastik mikro, dan akhirnya partikel plastik berukuran nano.

Partikel nanoplastik bersifat mikroskopis dan hampir tidak terlihat, namun tetap menjadi perhatian para ilmuwan. Studi menunjukkan bahwa nanopartikel berpotensi mampu melintasi penghalang darah setelah seseorang menghirupnya ke dalam paru-paru mereka.

Artinya, sangat mungkin bagi nanopartikel plastik untuk beredar melalui aliran darah manusia. Sampai sekarang, tidak diketahui secara pasti dampak kesehatan yang ditimbulkan nanoplastik pada manusia, dikutip dari laman Study Finds, Selasa (1/2).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement