REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Tawinah (42) mendekap erat anak dalam gendongannya. Bocah itu bernama Putra Bumi, umurnya tiga tahun. Di sampingnya, ada bocah lainnya, Dani Ahmad, yang kini berumur sepuluh tahun. Kedua bocah itu adalah anaknya.
Tawinah hidup bertiga dengan anaknya di sebuah rumah yang tidak layak huni di Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu. Rumah yang berukuran sekitar 4x5 meter itu beralaskan tanah. Dindingnya sebagian terbuat dari bata yang belum disemen, sebagian lainnya dari bilik bambu.
Tanpa ada penerangan dan ventilasi, rumah tersebut terlihat gelap meski di siang hari. Bau tak sedap langsung menyengat saat memasuki rumah yang terlihat berantakan tersebut. Tidak ada perabot, hanya ada tempat tidur yang tipis dan lapuk.
Tawinah tak bisa mengurus rumahnya dengan baik. Sejak sekitar 25 tahun lalu, dia menderita gangguan kejiwaan/orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Meski demikian, Tawinah sangat menyayangi kedua anaknya. Dengan segala keterbatasannya, setiap hari dia merawat dan membesarkan kedua buah hatinya. Tawinah selalu mengajak kedua anaknya, kemanapun dia pergi. Anak yang kecil digendongnya, sedangkan anak yang besar digandengnya. "Tawinah sangat sayang sama anaknya. Kalau ada yang pegang-pegang anaknya, dia suka marah," kata Kayinah, kakak dari Tawinah, Senin (31/1/2022).
Kayinah menjelaskan, adiknya itu mengalami gangguan jiwa sejak ditinggal oleh suaminya. Menurutnya, Tawinah sering melamun hingga akhirnya jiwanya terganggu. Tawinah sebelumnya sudah memiliki anak dari suaminya itu. Anak tersebut kini sudah dewasa dan tinggal bersama keluarga ayahnya, sejak orang tuanya bercerai.
Sedangkan dua anak yang kini tinggal bersama Tawinah, kata Kayinah, tidak diketahui secara pasti siapa ayahnya. Tawinah yang mengalami gangguan jiwa dan sering keluyuran di jalanan, tiba-tiba hamil hingga kemudian melahirkan dua orang anak.
"Sebagai kakak, saya sangat sedih melihat adik saya seperti itu. Bawa-bawa anak kemana-mana, dengan kondisi yang tidak sadar sepenuhnya. Rumahnya juga tidak layak," tutur Kayinah dengan nada sedih.
Kayinah pun mengaku tidak bisa berbuat banyak untuk membantu adiknya karena kondisinya juga terbatas. Selama ini, dia hanya bisa membantu kebutuhan makan Tawinah dan anak-anaknya, meski dengan makanan yang sederhana. Para tetangga yang merasa iba juga kerap memberi mereka makanan.