REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 memberikan kesempatan bagi kejahatan siber menjadi lebih aktif. Hal ini tak lepas dari makin banyak bisnis yang go online dan karyawan yang banyak bekerja dari rumah.
"Para penjahat menggunakan kesempatan ini untuk menjadi lebih cerdik dan menemukan cara-cara baru memonetisasi serangan mereka. Kami mendapat laporan dan melihat indikator para kriminal kini bergeser untuk menyerang sistem industri," ujar CEO Kaspersky, Eugene Kaspersky, di Forum Kebijakan Online Kaspersky, pekan lalu.
Kaspersky melanjutkan, keamanan siber adalah topik yang hangat dan menjadi makin penting karena kita perlu melindungi, tidak hanya konsumen dan perusahaan, tetapi juga infrastruktur industri. "Sayangnya para penjahat kini menggunakan metode yang lebih canggih. Salah satunya, mereka menyerang rantai pasokan," ujarnya,
Selama dua tahun terakhir, kawasan Asia-Pasifik (APAC), seperti bagian dunia lainnya, telah mengalami lompatan digitali sasi besar-besaran sebagai akibat pandemi. Mengingat urgensi yang terjadi, langkahlangkah keamanan siber ternyata kerap terlewat sebagai bagian prioritas utama.
Hal ini mengakibatkan beberapa serangan pasokan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tingkat tinggi tahun lalu. Kaspersky melihat tren ini akan terus berlanjut, karena para pelaku kejahatan terus mencoba untuk lebih memonetisasi ancaman ini.
Kaspersky mengungkapkan dalam dua tahun terakhir telah terjadi gelombang serangan baru yang mengeksploitasi kerentanan kritis dalam rantai pasokan TIK. "Saat pelaku ancaman mengembangkan teknik dan taktik mereka, kami memperkirakan serangan rantai pasokan akan menjadi tren yang berkembang pada 2022 dan seterusnya," ujar Kaspersky.
Sementara itu, Chairman of Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) Indonesia Dr Pratama Persadha menambahkan, ketahanan adalah tentang perlawanan dan pemu lihan. Salah satu cara bagi pemangku kepentingan pemerintah dan non-pemerintah untuk memitigasi ancaman keamanan di tingkat rantai pasokan, adalah dengan meningkatkan kemampuan keamanan siber.
Menurut Pratama, hal ini akan terkendala jika semua pihak terkait tidak meningkatkan keamanan siber dalam sistem mereka. Kendala utama yang masih banyak ditemui saat ini adalah kurangnya pemahaman seputar pentingnya keamanan siber untuk meningkatkan ketahanan rantai pasokan TIK.
Pada akhirnya, kata dia, para pemangku kepentingan harus kembali mempertimbangkan investasi yang signifikan untuk meningkatkan standar keamanan siber secara keseluruhan. Hal ini perlu dilakukan demi menjaga ketahanan rantai pasokan TIK.