REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, angka inflasi inti pada Januari 2022 cukup tinggi yakni mencapai 0,42 persen secara bulanan (month to month/mtm) atau 1,84 persen secara tahunan (year on year/yoy). Laju inflasi inti yang terus mengalami kenaikan mengindikasikan pemulihan daya beli masyarakat yang terus membaik.
Kepala BPS, Margo Yuwono, menyampaikan, angka inflasi inti secara bulanan ini tertinggi sejak Agustus 2019 di mana saat itu tercatat sebesar 0,43 persen.
"Sementara secara tahunan, itu yang tertinggi sejak September 2020, saat itu inflasi inti 1,86 persen," kata Margo dalam konferensi pers, Rabu (2/2/2022).
Margo mengatakan, inflasi inti pada Januari 2022 memberikan andil kepada inflasi umum sebesar 0,27 persen. Adapun, angka inflasi umum tercatat 0,56 mtm atau 2,18 persen yoy.
Lebih detail, komoditas yang menyumbang kenaikan inflasi inti yakni berasal dari bahan pangan hingga biaya kebutuhan non pangan. Di antaranya ikan segar, kendaraan mobil, serta tarif sewa rumah.
Ia menjelaskan, inflasi inti mencerminkan indikasi dari kondisi daya beli masyarakat. Sebab, dengan sejumlah pendapatan yang diterima, masyarakat dapat mengkonsumsi sejumlah barang.
Jika terdapat kenaikan harga-harga, secara nornam mengindikasikan adanya kenaikan permintaan dan dapat disimpukan bahwa daya beli makin baik. "Kita bisa lihat tren inflasi inti, terlihat memang semakin baik dan (diharapkan) daya beli semakin baik juga ke depannya," kata Margo.