Rabu 02 Feb 2022 21:30 WIB

Polisi Israel Akui Gunakan Pegasus untuk Memata-matai Warga

Spyware Pegasus memungkinkan operatornya meretas ponsel

Red: Esthi Maharani
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan  melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS).  Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.

YERUSALEM -- Polisi Israel pada Selasa (1/2/2022) mengaku menggunakan spyware Pegasus untuk memata-matai ponsel warga Israel. Dalam sebuah pernyataan, polisi mengatakan telah menemukan bukti penggunaan spyware canggih yang tidak sah oleh penyelidiknya sendiri untuk mengintip ponsel warga.

Pernyataan itu mengatakan selama penyelidikan sekunder, "temuan tambahan ditemukan yang mengubah keadaan dalam aspek-aspek tertentu."

Pada Selasa, Jaksa Agung Avichai Mandelblit memerintahkan polisi untuk mengambil langkah segera untuk mencegah kemungkinan melewati langkah otorisasi dan menghentikan kegiatan semacam itu di masa depan.

Dia juga mengumumkan pembentukan tim penyelidikan untuk menyelidiki laporan mata-mata.

Pada 18 Januari, situs Calcalist Israel mengatakan polisi Israel menggunakan program peretasan Pegasus terhadap warga Israel tanpa izin pengadilan.

Daftar orang Israel yang diretas termasuk para pemimpin yang protes terhadap mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan politisi lainnya.

Polisi menanggapi tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa penyelidikan internal awal tidak menemukan bukti penyalahgunaan spyware Pegasus.

Menyusul laporan intelijen, Asher Levy, kepala NSO, perusahaan spyware Israel yang mendirikan Pegasus, mengundurkan diri dari jabatannya. Dia mengklaim bahwa pengunduran dirinya tidak terkait dengan laporan intelijen.

Spyware Pegasus memungkinkan operatornya meretas ponsel dengan memanfaatkan kerentanan keamanan di sistem operasi seluler Android dan iPhone.

Spyware itu menyebabkan skandal di seluruh dunia setelah ditemukannya kasus mata-mata terhadap politisi, pejabat pemerintah, jurnalis dan aktivis di berbagai negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement