REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kinerja perdagangan Indonesia dengan China periode Januari – Desember 2021 melonjak signifikan dibanding tahun sebelumnya. Di antara 10 anggota ASEAN, peringkat Indonesia pun naik dari peringkat 5 menjadi peringkat 3 dalam waktu dua tahun.
“Peringkat Indonesia sebagai negara pengekspor ke China di antara negara anggota ASEAN lainnya terus menanjak, dari sebelumnya berada di posisi ke-5 pada 2019, naik di posisi ke-4 pada 2020, dan 2021 meningkat lagi menjadi peringkat ke-3," kata Duta Besar Djauhari Oratmangun untuk China dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Rabu (2/2/2022).
Menurut Djauhari, capaian itu tidak lepas dari koordinasi dan kerja keras Kementerian Perdagangan dan kementerian atau lembaga terkait di tanah air serta KBRI Beijing. Ia menyampaikan apresiasi yang tinggi untuk upaya dan kerja keras seluruh eksportir Indonesia. Ia menilai, di tengah tantangan yang besar, para eksportir memiliki semangat juang tinggi untuk meningkatkan ekspor.
"Semuanya saling bahu membahu dalam menyelesaikan berbagai hambatan dan mencari terobosan akses pasar produk Indonesia di China,” ujar Djauhari.
Berdasarkan data Kepabeanan China, total nilai perdagangan Indonesia dengan China pada 2021 mencapai 124,34 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Nilai itu diperoleh dengan angka pertumbuhan mencapai 58.43 persen, dibandingkan capaian tahun lalu.
Sedangkan nilai ekspor Indonesia ke China tahun ini mencapai 63,63 miliar dolar AS. Ini menunjukkan pertumbuhan 70.02 persen dibandingkan dengan total nilai ekspor Indonesia ke China pada 2020.
Sementara nilai impor Indonesia dari China dalam periode ini juga tumbuh positif sebesar 47.87 persen atau mencapai 60,71 miliar dolar AS dibandingkan total nilai impor tahun lalu.
"Impor ini didominasi oleh golongan bahan baku atau penolong yang diperlukan untuk memacu produktivitas industri domestik,” papar Atase Perdagangan RI di Beijing, Marina Novira, Rabu.
Produk unggulan dan potensial Indonesia pada 2021 yang mengalami peningkatan nilai ekspor signifikan di atas 100 persen dalam kode HS dua digit, di antaranya bahan bakar mineral dan produk sulingannya (HS 27) meningkat 137,5 persen. Kemudian produk turunan nikel (HS 75) meningkat 14.795,9 persen; produk industri penggilingan (HS 11) meningkat 1.641,9 persen; produk keramik (HS 69) meningkat 129,4 persen; dan logam tidak mulia lainnya (HS 81) meningkat 8.845,1 persen.
Kenaikan juga dilihat pada ekspor olahan dari sayuran, buah, biji/kacang (HS 20) yaitu naik 133,6 persen; mutiara alam, mutiara budidaya, logam mulia (HS 71) meningkat 119,7 persen; produk hewani (HS 05) meningkat 193,9 persen; olahan dari daging ikan, krustacea, moluska (HS 16) meningkat 357,9 persen.
Berikutnya, kendaraan yang bergerak di atas rel dan bagiannya (HS 86) meningkat 2.673 persen. Sementara untuk produk kopi (HS 0901) juga mengalami peningkatan sebesar 22.8 persen, begitu pula dengan nilai ekspor kelompok produk makanan dan minuman yang turut meningkat sebesar 80.5 persen pada 2021.
“Dengan kerja keras dan upaya terpadu bersama, semoga kinerja ini tetap meningkat pada 2022. Selamat Tahun Macan dan tetap semangat " kata Djauhari.