Rabu 02 Feb 2022 18:23 WIB

PTN Afghanistan Dibuka, Mahasiswa dan Mahasiswi Disatukan?

Mahasiswa dan mahasiswi PTN Afganistan pun berada dalam satu kelas yang sama.

Anak-anak perempuan berjalan ke atas saat mereka memasuki sekolah sebelum kelas di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).
Foto: AP/Felipe Dana
Anak-anak perempuan berjalan ke atas saat mereka memasuki sekolah sebelum kelas di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JALALABAD -- Perguruan tinggi negeri (PTN) Afghanistan untuk pertama kalinya dibuka pada Rabu (2/2/2022) sejak Taliban mengambilalih kekuasaan negara tersebut tahun lalu. Mahasiswa dan mahasiswi pun berada dalam satu kelas yang sama.

Pemerintah Taliban secara resmi belum mengumumkan rencananya untuk mahasiswi, namun pejabat pendidikan mengatakan kepada Reuters bahwa mahasiswi diperbolehkan kembali ke kelas asalkan mereka dipisah dari mahasiswa.

Baca Juga

Wartawan Reuters di Kota Jalalabad melihat mahasiswi di Universitas Nangarhar, salah satu PTN ternama yang dibuka pekan ini, masuk dari pintu yang berbeda. Di bawah pemerintahan sebelumnya selama 1996-2001, Taliban melarang kaum perempuan mengenyam pendidikan.

Menurut mereka, kebijakan itu telah berubah sejak mereka kembali berkuasa pada 15 Agustus selagi pasukan asing angkat kaki. Namun rencana mereka tidak jelas dan anak-anak perempuan di banyak provinsi masih tidak diizinkan kembali bersekolah. Sejumlah universitas swasta sudah dibuka kembali, namun dalam banyak kasus mahasiswinya tidak dapat kembali ke kelas.

Komunitas internasional menjadikan pendidikan bagi kaum perempuan sebagai bagian utama dalam tuntutan mereka saat Taliban berupaya mencari lebih banyak bantuan asing dan mencairkan aset di luar negeri. PBB pada Selasa (1/2/2022) memuji kehadiran mahasiswi di PTN, yang tampaknya menjadi konfirmasi resmi.

"PBB menyambut pengumuman bahwa universitas negeri mulai dibuka kembali pada 2 Februari bagi seluruh mahasiswa dan mahasiswi. Sangat penting agar setiap pemuda pemudi mempunyai akses pendidikan yang sama," kata misi PBB untuk Afghanistan di Twitter, Selasa.

Seorang pejabat pendidikan yang meminta identitasnya dirahasiakan menyebutkan bahwa universitas diberikan berbagai opsi supaya mahasiswinya tetap dipisahkan, termasuk pemisahan kelas dan pembagian jam masuk sesuai gender.

Rektor Universitas Nangarhar Khalil Ahmad Bihsudwal mengatakan kepada Reuters mahasiswa dan mahasiswi di kampus itu akan belajar di kelas terpisah, sebuah aturan yang sudah diterapkan di banyak provinsi. Hanya universitas di daerah yang cuacanya hangat saja yang dibuka pada Rabu. Sementara di daerah yang lebih dingin, seperti di Kabul, mulai 26 Februari.

sumber : Antara / Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement