Rabu 02 Feb 2022 20:51 WIB

Depok Surati Pemerintah Pusat untuk Evaluasi PTM 100 Persen

Terjadi peningkatan kasus pada pelaksanaan PTM di semua tingkatan sekolah.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Andi Nur Aminah
Wali  Kota Depok Muhammad Idris.
Foto: Dinkominfo Depok
Wali Kota Depok Muhammad Idris.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pemkot Depok mengirim surat ke pemerintah pusat terkait PTM 100 persen. Saat ini, Kota Depok berada pada PPKM Level 2, sehingga PTM dilaksanakan 100 persen. 

Namun, melihat lonjakan kasus harian pada 1 Februari 2022 yang mencapai 1.083, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok mengambil langkah terkait kebijakan tersebut dengan menyurati pemerintah pusat dan meminta untuk PTM 100 persen di evaluasi. "Kami telah menyampaikan surat resmi kepada pemerintah pusat untuk melakukan evaluasi pelaksanaan PTM 100 persen, karena terjadi peningkatan kasus pada pelaksanaan PTM di semua tingkatan sekolah (TK, SD, SMP dan SMA/SMK)," ujar Wali Kota Depok, Mohammad Idris di Balai Kota Depok, Rabu (2/2/2022).

Baca Juga

Idris mengatakan sambil menunggu kebijakan pemerintah pusat, setiap satuan pendidikan agar melaksanakan dan mengawasi dengan ketat pelaksanaan protokol kesehatan (prokes) dalam pelaksanaan PTM 100 persen, yakni jarak antar peserta didik minimal 1,5 meter, selama proses belajar mengajar tidak diperbolehkan membuka masker, melarang adanya kerumunan dan kegiatan berkelompok.

"Apabila ditemukan kasus konfirmasi di satuan pendidikan, agar segera berkoordinasi dengan UPTD Puskesmas sesuai wilayah kerja. Dengan begitu, dapat dilakukan tracing dan testing secara menyeluruh dan tuntas, serta melakukan metode pembelajaran jarak jauh sesuai ketentuan yang berlaku," jelasnya. 

Ia menambahkan, selama proses PTM 100 persen di sekolah, para orang tua diminta agar melakukan pendampingan dalam penerapan protokol kesehatan peserta didik secara disiplin.  Khususnya untuk penggunaan masker secara benar. 

"Kemudian, membiasakan sarapan di rumah serta memastikan membawa perlengkapan pribadi sehingga dapat meminimalisir potensi penularan," ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement