REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Satuan Tugas Penanganan Pengungsi Rohingya Kota Lhokseumawe menyatakan 36 dari 105 imigran Rohingya yang ditampung di Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Lhokseumawe sejak 31 Desember 2021 kabur atau melarikan diri.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Pengungsi Rohingya Kota Lhokseumawe Marzuki mengatakan semua imigran Rohingya yang kabur dari penampungan sementara tersebut perempuan.
"Mereka melarikan diri dengan merusak pagar di belakang kamp penampungan dengan memanfaatkan kelengahan petugas jaga," katanya, Kamis (3/2/2022).
Marzuki mengatakan imigran Rohingya yang kabur itu terjadi beberapa kali. Pertama pada 18 Januari 2022, delapan imigran Rohingya berhasil melarikan diri.
"Sehari kemudian, enam pengungsi lainnya mencoba kabur, namun dapat digagalkan oleh petugas jaga," katanya,
Selanjutnya pada 30 Januari 2022, empat imigran berhasil kabur. Selang sehari kemudian disusul sembilan imigran Rohingya lainnya meninggalkan kamp penampungan tersebut.
"Lalu, pada 1 Februari lalu ada delapan imigran yang kabur. Berikutnya pada 2 Februari imigran yang kabur. Kini, imigran yang tersisa tinggal 69 orang lagi," katanya.
Untuk mengantisipasi terulang imigran Rohingyakabur, kata Marzuki, pihaknya sudah memasang empat kamera pemantau atau CCTV di beberapa titik kamp penampungan tersebut.
"Dengan adanya kamera pemantau tersebut memudahkan penjaga mengawasi puluhan imigran Rohingya itu, sehingga jika ada yang berusaha melarikan diri dapat dicegah," katanya
Ia mengatakan Pemerintah Kota Lhokseumawe mendesak lembaga PBB UNHCR untuk segera memindahkan imigran gelap tersebut ke lokasi penampungan permanen di Sumatera Utara.
"Setiap hari ada yang kabur dari kamp penampungan ini. Sebaiknya para imigran tersebut segera dipindahkan guna mengantisipasi adanya tindak pidana perdagangan orang yang melibatkan warga negara Indonesia," katanya.