Jatim Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron | Foto: Pixabay
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengaku telah menyiapkan langkah antisipatif dan preventif dalam menghadapi gelombang ketiga Covid-19. Khofifah menyatakan, langkah antisipatif dan prventif perlu disiapkan setelah Kementerian Kesehatan pada Rabu (2/2) menyatakan Indonesia telah resmi masuk gelombang 3 Covid-19. Dimana dalam dua pekan terakhir, lonjakan kasus Covid-19 Indonesia terbilang tinggi.
Berdasarkan data Kemenkes, pada 3 Februari 2022, tercatat ada 17.895 kasus baru terdeteksi secara nasional. Kenaikan kasus tertinggi tercatat di DKI Jakarta dengan 10.117 kasus. Kemudian Jawa Barat 7.308 kasus baru, Banten 4.312 kasus baru, Bali 1.501 kasus baru, dan Jawa Timur 1.394 kasus baru.
"Seperti pola sebelumnya bahwa akan terjadi lonjakan kasus pascalibur panjang. Kita sudah siapkan rencana sejak November lalu, sehingga lonjakan kasus diharapkan bisa terantisipasi," kata Khofifah, Jumat (4/2).
Khofifah menjelaskan, langkah yang disipkan tersebut adalah optimalisasi tracing, testing, dan treatment (3T), pendisiplinan Prokes 5M, dan percepatan vaksinasi. Khofifah mengaku, per 3 Februari 2022, kapasitas testing di Jatim mencapai empat kali standar WHO yakni 160-180 ribu tes PCR per pekan. Adapun persentase positivity rate di Jatim tercatat 1,72 persen.
"Positivity rate tersebut masih sesuai dengan standar WHO yakni di bawah 5 persen. Sementara positivity rate nasional adalah 8,95 persen," ujarnya.
Khofifah pun menganggap, persentase tracing dari kasus positif di Jatim pun masih dalam kondisi memadai yakni 15,64. Hal tersebut masih sesuai standar yang ditetapkan Kemenkes yakni 15 orang per 1 kasus. Begitupun persentase bed occupancy rate (BOR) di Jatim yang disebutnya masih dalam kategori aman.
Tercatat saat ini BOR isolasi di Jatim masih berada dalam angka 4,31 persen per pekannya. "Tentunya terkendalinya indikator epidemiologi ini berkat pengalaman sebelumnya dari Jatim dan kolaborasi yang baik dari seluruh elemen masyarakat," kata Khofifah.
Khofifah berharap gelombang Omicron yang juga dialami negara-negata besar tidak membuat masyarakat kaget dan panik. Di negara lain, kata dia, gelombang Omicron terjadi selama 1 hingga 2 bulan. Khofifah menekankan, yang perlu dilakukan adalah bersama-sama pada penguatan prokes dan vaksinasi.