Jumat 04 Feb 2022 11:22 WIB

Ketua SPD: Jerman Harus Pertimbangkan Lagi Hubungan dengan Rusia-China

Dalam sejarahnya SPD memiliki hubungan dekat dengan Rusia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Dalam foto yang diambil dari video dan dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada Rabu, 2 Februari 2022, tank Rusia dan Belarusia berkendara selama latihan militer bersama di lapangan tembak Brestsky, Belarusia. Pasukan Rusia dan Belarusia mengadakan pelatihan tempur bersama di lapangan tembak di Belarus pada Rabu karena ketegangan tetap tinggi di bawah ancaman perang dengan Ukraina. Latihan tersebut melibatkan unit senapan bermotor, artileri dan rudal anti-tank, serta awak tank dan pengangkut personel lapis baja.
Foto: AP/Russian Defense Ministry Press S
Dalam foto yang diambil dari video dan dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada Rabu, 2 Februari 2022, tank Rusia dan Belarusia berkendara selama latihan militer bersama di lapangan tembak Brestsky, Belarusia. Pasukan Rusia dan Belarusia mengadakan pelatihan tempur bersama di lapangan tembak di Belarus pada Rabu karena ketegangan tetap tinggi di bawah ancaman perang dengan Ukraina. Latihan tersebut melibatkan unit senapan bermotor, artileri dan rudal anti-tank, serta awak tank dan pengangkut personel lapis baja.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Salah satu ketua partai Social Democrats (SPD) yang berkuasa Lars Klingbeil mengatakan mengingat perkembangan di Rusia dan China. Jerman harus menilai ulang strategi jangka panjang dalam membawa perubahan di masyarakat otoriter melalui pemulihan hubungan.

Pernyataan ini mencerminkan sikap SPD dalam krisis Ukraina di mana negara-negara Barat khawatir Moskow memutuskan menggelar invasi ke negara tetangganya. Dalam sejarahnya SPD memiliki hubungan dekat dengan Rusia.  

Beberapa pakar menilai sikap lunak banyak pihak di SPD menahan Kanselir Olaf Scholz mengambil posisi yang lebih tegas pada Rusia. Klingbeil membantah penilaian tersebut, ia menekankan semua opsi dapat dipertimbangkan bila Rusia menyerang Ukraina.

Scholz berada di situasi tidak biasa menjadi ketua koalisi tiga partai tapi bukan dari partainya sendiri. Dua partai yang lebih kecil dalam koalisi yang berkuasa,  Free Democrats dan Partai Hijau Jerman sudah sejak awal menekan sikap yang lebih tegas terhadap Rusia.

"Kami belum menemukan cara yang menyakinkan untuk menghadapi negara-negera otoriter, saya bertanya-tanya apakah konsep berusia puluhan tahun dalam mencoba mengubah suatu negara melalui hubungan yang lebih erat dan hubungan ekonomi masih relevan," kata Klingbeil, Kamis (22/1/2022).

"Saat anda melihat Rusia, sederhananya anda mengetahui situasi domestik sangat amat memburuk dalam beberapa tahun terakhir," katanya.

Ia membahas penindakan keras petugas keamanan pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap oposisinya. Selama bertahun-tahun kebijakan luar negeri Jerman berdasarkan ajaran "Wandel durch Handel" yang artinya mengubah melalui perdagangan atau "Wandel durch Verflechtung" yang berarti mengubah melalui interkoneksi.

Dua ajaran ini mencerminkan keyakinan Berlin hubungan ekonomi dan hubungan lainnya dapat mengubah arus politik. Kritikus mengatakan Jerman naif dan fokus pada tujuan jangka pendek dibandingkan kepentingan geostrategi jangka panjang.  

Perekonomian terbesar di Eropa itu sangat tergantung pada gas alam Rusia. Hal ini berpotensi membatasi manuver Jerman dalam krisis yang terjadi antara Kremlin dan Barat saat ini.

Pemimpin-pemimpin SPD dikecam karena menggambarkan proyek pipa gas yang bertujuan untuk membawa lebih banyak gas dari Rusia ke Jerman tapi melewati Ukraina sebagai "proyek komersial swasta." Sehingga tidak boleh dijadikan salah satu opsi sanksi.

Klingbeil mengatakan koalisi pemerintah yang baru tetap ingin mendiversifikasi pasokan energi Jerman. Contohnya seperti membangun pelabuhan untuk gas alam cair (LNG) impor.

Saat masih menjadi menteri keuangan dan wakil kanselir, Scholz memberi sinyal mendukung pembangunan pelabuhan LNG.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement