REPUBLIKA.CO.ID, CARTAGENA -- Venezuela sedang menempatkan pasukan di perbatasan dengan Kolombia dengan bantuan teknis dari Rusia dan Iran. Menteri Pertahanan Kolombia Diego Molano mengatakan pada Kamis (3/2), seraya menyebut kemungkinan pengerahan itu sebagai "campur tangan asing."
Molano, mengutip sumber-sumber intelijen, mengatakan pergerakan pasukan terdeteksi di Venezuela yang berseberangan dengan provinsi Araucadi Kolombia, tempat pertempuran sengit antara gerilyawan Tentara Pembebasan Nasional (ELN) dan pembangkang Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) untuk mengendalikan perdagangan narkoba.
"Kami tahu bahwa orang-orang dan satuan-satuan FANB telah dimobilisasi menuju perbatasan dengan bantuan teknis dari Rusia ... dan Iran," kata Molano pada konferensi anti narkoba di kota Cartagena, Karibia, Kolombia.
FANB adalah akronim bahasa Spanyol dari Angkatan Bersenjata Nasional Bolivarian Venezuela. Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino mencemooh komentar Molano di Twitter.
"Kolombia, negara yang diubah oleh oligarki Bogota menjadi perpanjangan Komando Selatan (Amerika Serikat) di Amerika kita, masuk ke dalam lokasi pangkalan militer AS (...) mencela campur tangan di Venezuela...oh Tuhan!," Padrino mencuit.
Ombudsman hak asasi manusia Kolombia telah melaporkan bahwa bentrokan antara kelompok bersenjata ilegal di Arauca menewaskan 66 orang dan mengusir 1.200 orang pada Januari saja. Pertempuran antara kelompok-kelompok tersebut untuk menguasai perdagangan narkoba dan ekonomi ilegal lainnya dimulai di negara bagian Apure Venezuela, dan menyebar ke Kolombia, kata Molano.
ELN telah bekerja sama dengan Segunda Marquetalia, sebuah faksi dari FARC yang menolak kesepakatan damai 2016 dengan pemerintah, untuk melawan kelompok pembangkang FARC lainnya, tambahnya.
Kekerasan di Arauca, daerah penting untuk produksi minyak dan pemeliharaan ternak, berlanjut meskipun ada perintah dari Presiden Kolombia Ivan Duque pada awal Januari agar lebih banyak pasukan dikerahkan di sana untuk menguasai wilayah itu dan mengakhiri pertumpahan darah.
Pemerintah Kolombia menuduh Presiden Venezuela Nicolas Maduro melindungi para pembangkang FARC dan ELN, sesuatu yang telah berulang kali dibantahnya. Tahun lalu Maduro mengatakan pemerintahnya akan memerangi segala macam kelompok bersenjata ilegal yang berasal dari Kolombia di wilayah Venezuela selama tahun 2022.