Taman Nasional Gunung Leuser salah satu habitat asli harimau sumatera (Panthea tigris sumatrae). Si belang yang statusnya dikategorikan kritis (critically endangered) ini jumlahnya tersisa 603 ekor di seluruh dunia dan tersebar di 23 kantong habitat.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkirakan 50 persen harimau sumatra dari jumlah total tersebut berada di luar kawasan hutan konservasi, hutan produksi, dan hutan lindung. Artinya, keberadaan mereka sangat terancam, khususnya perburuan.
Akhir 1970-an, populasi harimau sumatra berkisar seribu ekor, kemudian menurun menjadi 400-500 ekor awal 1990-an. Pada 2004 pemerintah mendeklarasikan Taman Nasional Tesso Nilo, Riau sebagai kawasan konservasi harimau sumatra untuk menjamin kelestariannya.
Pada 2010, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Harimau di St Petersburg menyepakati Indonesia dan 12 negara lain yang melindungi harimau berkomitmen melakukan konservasi ambisius untuk meningkatkan populasi harimau sampai akhir 2022.
Kabar gembira datang dari Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh. Balai Besar Taman Nasional (BBTN) Gunung Leuser bekerja sama dengan Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia melakukan survei populasi harimau sumatra dengan memasang kamera jebak dua tahun terakhir.
Dilansir dari Instagram resmi @bbtn_gn_leuser, Jumat (4/2), total area survei harimau sumatra di Taman Nasional Gunung Leuser mencapai 730,4 kilometer (km) per segi atau 73,04 hektare (ha). Luasan ini mewakili empat tipe habitat, yaitu dataran rendah, perbukitan, submontana, dan montana.
Kamera jebak ditaruh berpasangan di 82 titik. Pemasangan dan pengambilan kamera melibatkan 120 orang dengan waktu pemasangan mencapai sembilan bulan, yaitu Oktober 2020-Juli 2021.
Hasilnya sungguh menggembirakan. Sebanyak 13 individu harimau sumatra tertangkap kamera, terdiri dari enam jantan, enam betina, dan satu anakan. Jumlah tersebut didapat dengan melihat pola loreng sisi kanan dan kiri harimau sumatra menggunakan extract compare.
Tiga dari jumlah individu yang tertangkap kamera pernah terekam saat survei 2017-2018. Satu dari tiga ekor tersebut bahkan pernah terekam kamera pada survei 2013-2014.
Satu ekor harimau jantan yang terekam dalam tiga kali periode survei merupakan individu terlama dalam sembilan tahun terakhir. Area jelajahnya sangat luas, mencapai 21.581,10 ha sepanjang 2013-2021.
Ke depannya BBTN Gunung Leuser dan WCS Indonesia akan melakukan monitoring untuk melihat dinamika populasi yang terjadi di area survei ini. Hasil survei pastinya bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penentu kebijakan dalam strategi konservasi satwa langka dilindungi ini.
Harimau sumatra sudah masuk daftar merah satwa terancam punah. Artinya, selangkah lagi statusnya akan dinyatakan punah di alam. Jangan sampai harimau sumtar menyusul dua kerabatnya yang sudah punah, yaitu harimau bali (Panthera tigris balica) dan harimau jawa (Panthera tigris sondaica).