Jumat 04 Feb 2022 22:32 WIB

Gunung Anak Krakatau Masih Terus Berpotensi Erupsi

Aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau sebenarnya telah terjadi sejak 16 Januari.

Rep: Febryan. A/ Red: Teguh Firmansyah
Abu vulkanik Gunung Anak Krakatau terlihat dari pinggir pantai di Desa Pasauran, Serang, Banten, Sabtu (11/4/2020). Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi pada Jumat (10/4) pukul 21.58 WIB dengan tinggi kolom abu mencapai sekitar 200 meter dengan status Waspada (level II).
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Abu vulkanik Gunung Anak Krakatau terlihat dari pinggir pantai di Desa Pasauran, Serang, Banten, Sabtu (11/4/2020). Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi pada Jumat (10/4) pukul 21.58 WIB dengan tinggi kolom abu mencapai sekitar 200 meter dengan status Waspada (level II).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gunung Anak Krakatau di Lampung erupsi sebanyak sembilan kali hari ini, Jumat (4/2/2022). Erupsi berulang sejak siang hingga sore itu mengeluarkan kolom abu setinggi 800 - 1.000 meter di atas puncak dengan warna kelabu-hitam tebal. 

Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), erupsi itu terjadi pada pukul 09:43 WIB, 10:25 WIB, 10:28 WIB, 12:46, 13:00, 13:31, 13:41, 14:46 dan 17:07 WIB. 

 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, berdasarkan pemantauan visual oleh PVMBG, terdapat indikasi bahwa erupsi yang terjadi merupakan tipe magmatik, sejalan dengan kegempaan vulkanik yang terekam. 

 

Abdul menerangkan, aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau sebenarnya telah terjadi sejak 16 Januari hingga hari ini. Hal ini ditandai dengan terekamnya gempa-gempa vulkanik dan gempa permukaan yang mengindikasikan adanya intrusi magma dari bawah ke permukaan secara bertahap.  "Dari data pemantauan secara visual dan instrumental, mengindikasikan bahwa Gunungapi Anak Krakatau masih berpotensi erupsi," kata Abdul dalam siaran persnya, Jumat. 

 

Abdul menambahkan, potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini berupa lontaran lava pijar, material piroklastik maupun aliran lava. Ada juga potensi hujan abu lebat di sekitar kawah hingga radius dua Kilometer (km) dari kawah aktif.  "Hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas, bergantung pada arah dan kecepatan angin," jelasnya. 

 

Abdul mengatakan, Gunung Anak Krakatau kini berstatus Level II (Waspada). Dengan status itu, masyarakat diminta untuk tidak mendekati dan tidak beraktivitas di dalam radius 2 km dari kawah aktif. 

 

Masyarakat diharapkan agar mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui PVMBG. Dia juga meminta masyarakat tak terpancing dengan sejumlah kabar disinformasi yang beredar. 

 

Saat ini, kata dia, beredar video-video erupsi Gunung Anak Krakatau tahun 2018 yang dinarasikan seolah-olah terjadi saat ini. "BNPB menghimbau agar masyarakat tidak terpancing dan meneruskan berita-berita yang tidak benar dan tidak bertanggungjawab mengenai aktivitas gunungapi Anak Krakatau, dan mengikuti arahan dari Instansi yang berwenang," kata Abdul menegaskan.

 

 

Baca Juga

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement