Jumat 04 Feb 2022 22:39 WIB

Total 21 Sekolah dari TK Hingga SMA di Solo Laporkan Kasus Covid-19

Dinkes Solo menyebut ada 67 orang termasuk siswa dan guru yang terpapar Covid-19

Rep: Binti Sholikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan SMA Warga Solo melakukan penyemprotan cairan disinfektan di halaman kelas setelah temuan kasus positif COVID-19 di sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Kamis (27/1/2022). Setelah adanya 12 orang dari guru, siswa dan karyawan sekolah SMA Warga Solo yang terkonfirmasi positif COVID-19, pihak sekolah setempat mulai meniadakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan mengganti sistem pembelajaran daring guna mencegah penyebaran Virus COVID-19.
Foto: Antara/Maulana Surya
Karyawan SMA Warga Solo melakukan penyemprotan cairan disinfektan di halaman kelas setelah temuan kasus positif COVID-19 di sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Kamis (27/1/2022). Setelah adanya 12 orang dari guru, siswa dan karyawan sekolah SMA Warga Solo yang terkonfirmasi positif COVID-19, pihak sekolah setempat mulai meniadakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan mengganti sistem pembelajaran daring guna mencegah penyebaran Virus COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Jumlah sekolah yang melaporkan kasus penularan Covid-19 di Solo bertambah menjadi 21 sekolah dari tingkat TK hingga SMA. Totalnya ada 67 warga sekolah yang terpapar, terdiri dari siswa, guru dan staf/karyawan.

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengatakan, jumlah sekolah yang terpapar Covid-19 semakin hari semakin bertambah. Awalnya, dari satu sekolah yang melaporkan, kini menjadi 21 sekolah.

"Dari 67 kasus tersebut, dua per tiganya luar kota. Dalam kota ada 21 orang dan luar kota 46 orang," kata Siti kepada wartawan, Jumat (4/2).

Dari jumlah kasus tersebut, sebagian besar yang terpapar Covid-19 merupakan murid sebanyak 55 siswa. Kemudian, sisanya guru maupun karyawan/staf.

Dengan adanya penambahan sekolah yang terpapar, DKK bakal melakukan evaluasi, salah satunya dengan program surveilans dalam waktu dekat. Terkait kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM), tetap berpedoman pada Surat Keputusan Bersama (SKB) empat Menteri, dimana yang memutuskan Dinas Pendidikan.

Siti menyebut, penambahan sekolah yang melaporkan salah satunya TK di wilayah Mojosongo, Kecamatan Jebres. Di TK tersebut, baru satu siswa yang terpapar. Pada Jumat, DKK melakukan penelusuran (tracing) kontak erat dan dekat dengan anak tersebut.

"Pedomannya, anak-anak sebenarnya bisa terhindar. Kalau dalam satu rumah itu protokol kesehatannya bagus, satu rumah sudah tervaksin, anak-anak kan otomatis sudah terlindungi," jelasnya.

Dia juga mengkritik para orang tua yang masih nekat mengajak anak-anaknya bepergian untuk keperluan yang kurang penting, misalnya ke mal. Dia meminta agar orang tua menahan keinginan bepergian yang tidak penting.

"Anak-anak mobilitasnya terbatas, tapi orang tuanya kan kemana-mana. Intinya sebetulnya 5 M. Pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, hindari kerumunan dan kurangi mobilitas," tandasnya.

Siti juga mengingatkan kepada masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes) meskipun sudah divaksin. Sebab, vaksinasi merupakan program kekebalan komunitas, bukan individu. Ketika daya tahan tubuh tinggi, maka juga bisa melindungi orang lain di sekitarnya.

"Yang penting kewaspadaan. Jangan berpikir gejalanya ringan. Tapi berpikir potensi menularkan. Jadi tolong untuk prokesnya masyarakat," pungkas Siti.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement