Jumat 04 Feb 2022 22:41 WIB

Hendri: Kemunduran Nalar Publik karena Dominasi Kepentingan

Kebanyakan bersifat kepentingan pribadi bukan untuk publik.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Joko Sadewo
 Diskusi bertajuk
Foto: istimewa/tangkapan layar
Diskusi bertajuk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pendiri KedaiKOPI, Hendri Satrio mengatakan di dalam dunia politik itu kebanyakan bersifat kepentingan pribadi bukan untuk publik. Sehingga mereka mengambil kebijakan yang menguntungkan mereka saja. Urusan publik bisa dilihat nanti.

"Dunia politik saat ini bersifat kepentingan. Contohnya, tentang perpindahan Ibu Kota ke Kalimantan. Ini kan kepentingan mereka saja. Saat DPR sudah selesaikan tugasnya ya sudah mereka tidak mau tahu nantinya apa yang terjadi. Presiden Jokowi yang penting untuk bangsa tapi soal kelanjutan ibu kota dia tidak mau tahu. Dan mudah-mudahan ia berharap tidak terpilih lagi," katanya dalam diskusi bertajuk 'Nalar Publik Barang Langka?' yang digelar oleh survei KedaiKOPI, Jumat (4/2/2022).

Kemudian, ia melanjutkan tentu dengan hal ini masyarakat harus membangun nalarnya. Kenapa tiba-tiba Ibu kota dipindahkan dan prosesnya cepat sekali. Hal ini harus dicari tahu alasannya seperti apa agar nantinya tidak merugikan masyarakat. "Nalar bisa terhenti karena keterbatasan yang dilakukan pemerintah. Ini tidak boleh. Kami harus kritis dan memiliki nalar," kata dia.

Ia menambahkan saat ini kasus-kasus besar yang terjadi juga dibatasi informasinya. Seperti, kasus Susi Air dan Bupati Langkat yang memiliki kerangkeng manusia. Orang-orang yang mengetahui kasus itu tutup mulut semua. Tidak ada yang berani dan mau bicara tentang kebenaran.

"Harusnya masyarakat tahu apa yang terjadi. Apa sebenarnya yang terjadi, sehingga nalar kami terus berjalan. Tapi kalau dibatasi. Bagaimana bisa berpendapat?," kata dia.

Sebelumnya diketahui, Ketua Institut Harkat Negeri, Sudirman Said menyebut adanya kemunduran nalar publik. Kemunduran ini disebabkan salah satunya karena mundurnya keberanian dan daya kritis yang juga menurun.

Persoalan kemunduran nalar publik ini, muncul dalam diskusi bertajuk 'Nalar Publik Barang Langka?' yang digelar oleh survei KedaiKOPI, Jumat (4/2/2022).  "Kemundaran nalar kita bersama walaupun secara pemikiran merasa tidak mundur, tetapi secara kolektif keberanian dan daya kritis sudah menurun,” kata Sudirman.

Dipaparkannya, ia dulu dengan naif berpikir, setelah di luar pemerintahan ia akan terus menulis menyampaikan pemikiran, bukan memusuhi tapi menjaga. Tapi dengan adanya tekanan-tekanan membuat Sudirman berpikir yang paling simple, dengan cara mengambil jalan tengah yang paling halus di bidang-bidang kemanusian. "Terus terang itu didasari oleh rasa cemas juga,” ungkapnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement