Ahad 06 Feb 2022 00:09 WIB

Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Peringati  Dokumen Human Fraternity 

Dokumen Human Fraternity diperingati Imam Besar Al Azhar dan Paus Fransiskus.

Rep: Ratna ajeng tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Paus Fransiskus (kanan) menyalami Imam Besar masjid Al Azhar Al Sharif, di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (3/2/2019).
Foto: Antara/Ryan Carter
Paus Fransiskus (kanan) menyalami Imam Besar masjid Al Azhar Al Sharif, di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (3/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,DUBAI -- Dokumen human fraternity merupakan tonggak sejarah di jalan dialog antaragama. Hal tersebut dikatakan oleh Kardinal Miguel Angel Ayuso kepada Arab News di sela-sela acara di Expo 2020 Dubai yang menandai Hari Internasional Human Fraternity.

Dia adalah salah satu dari beberapa pemimpin agama yang berkumpul pada Jumat, (4/2) untuk memperingati tahun ketiga penandatanganan dokumen human fraternity oleh  Paus Fransiskus dari Gereja Katolik dan Sheikh Ahmed El-Tayeb, imam besar Al-Azhar di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019.

Baca Juga

"Deklarasi bersama menyerukan perdamaian di antara semua orang, sambil menetapkan cetak biru untuk budaya dialog dan kolaborasi antara semua agamaKami adalah warga dunia,” kata Ayuso, dari Spanyol, yang merupakan presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama dan sejarawan Islam terkenal.

Semua orang percaya Tuhan harus bekerja sama untuk melawan masalah yang kita hadapi hari ini. Penting untuk menumbuhkan nilai-nilai dan menjaga hubungan dengan agama, baik di gereja, masjid, atau sinagog. Untuk menandai peringatan itu, Paus Fransiskus dan Sheikh El-Tayeb mengirim pesan video di mana mereka menyerukan pemahaman antaragama yang berkelanjutan.

“Sekarang bukan waktunya untuk ketidakpedulian, entah kita saudara dan saudari atau semuanya berantakan” kata Paus Fransiskus.

Syekh El-Tayeb berkata perayaan ini berarti pencarian untuk dunia yang lebih baik di mana semangat toleransi, persaudaraan, solidaritas dan kolaborasi berlaku. Ini juga menunjukkan harapan untuk menyediakan cara efektif untuk menghadapi krisis dan tantangan kemanusiaan kontemporer.

"Kami telah memulai jalan ini dengan harapan akan dunia baru yang bebas dari perang dan konflik, di mana yang ketakutan diyakinkan, yang miskin ditopang, yang rentan dilindungi dan keadilan ditegakkan,"ujar Syekh Tayeb

Membuka perayaan, Hakim Mohammed Abdelsalam, sekretaris jenderal Komite Tinggi human fraternity, menekankan dokumen tersebut telah memberdayakan orang untuk melawan prasangka dan meningkatkan akuntabilitas, menawarkan perlindungan bagi yang kaya dan yang tidak punya, kaya dan miskin, dan kedua jenis kelamin.

Komite Tinggi human fraternity didirikan oleh pihak berwenang di UEA untuk menentukan penerima Penghargaan Zayed, yang diberikan setiap tahun kepada orang-orang atau organisasi yang mewujudkan melalui pekerjaan mereka komitmen seumur hidup untuk human fraternity. Penerima tahun lalu adalah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Latifa Ibn Ziaten, seorang aktivis Maroko-Prancis yang telah berkampanye tanpa lelah melawan radikalisme sejak kehilangan putranya dalam serangan teroris 10 tahun lalu.

Berbicara dalam acara di Dubai, Mohammed Al Diwaini, wakil direktur Imam Besar Al-Azhar, mengatakan sangat penting untuk menghapus penyakit kebencian dan diskriminasi demi toleransi beragama.

“Jika kita mengikuti agama kita dalam bentuk yang benar dan tanpa salah tafsir, kita akan hidup dalam kondisi terbaik,” kata Al Diwaini.

Upacara pembukaan termasuk video pendek yang menyoroti para pemimpin yang memperjuangkan persamaan hak, termasuk Mahatma Gandhi, Ibu Teresa, Martin Luther King Jr. dan Syekh Zayed, yang merupakan kekuatan pendorong di balik pembentukan UEA dan memperjuangkan pluralitas sepanjang hidupnya.

Untuk menandai Hari Persaudaraan Manusia Internasional, Presiden AS Joe Biden mengirim surat kepada Komite Tinggi menyerukan solidaritas global untuk menghadapi tantangan hari itu.

“Dari ancaman pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung dan krisis iklim hingga munculnya kekerasan di seluruh dunia, tantangan ini membutuhkan kerja sama global dari seluruh pihak apapun latar belakang, budaya, agama, dan kepercayaannya,” tulis Biden.

Dia menambahkan bahwa tantangan ini mengharuskan kita untuk berbicara satu sama lain dalam dialog terbuka, untuk mempromosikan toleransi, inklusi dan pemahaman. Di atas segalanya, mereka menuntut 

 

Upacara pembukaan termasuk video pendek yang menyoroti para pemimpin yang memperjuangkan persamaan hak, termasuk Mahatma Gandhi, Ibu Teresa, Martin Luther King Jr. dan Syekh Zayed, yang merupakan kekuatan pendorong di balik pembentukan UEA dan memperjuangkan pluralitas sepanjang hidupnya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement