REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah Afrika Selatan mengatakan lebih banyak kasus subvarian BA.2 daripada varian omicron. Dalam hal ini, varian BA.2 menyumbang 23 persen dari 450 sampel dari Januari 2022 yang diurutkan oleh jaringan pengawasan genomik Afrika Selatan dan strain asli 75 persen.
"Dari 2.243 sampel dari Desember yang diurutkan, BA.2 menyumbang 4 persen dan strain asli 94 persen. Kami melihat peningkatan ini dengan BA.2, kami masih mencoba untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang sub garis keturunan khusus ini. Jadi, kami meningkatkan urutan dari provinsi-provinsi dimana kami melihat peningkatan dalam kasus memantau proporsi yang karena BA.2," kata Institut Nasional untuk Penyakit Menular Michelle Groome dikutip dari channel news asia pada Sabtu (5/2).
Kemudian, ia melanjutkan pada tahap ini, tidak ada indikasi bahwa akan ada perbedaan antara sub garis keturunan Omicron yang berbeda ini. Seperti yang dilihat dengan Delta, ada banyak garis keturunan dan tidak melihat banyak perbedaan di antara mereka tapi pasti akan dipantau.
Ketika ditanya apakah ada tanda-tanda BA.2 menyebabkan gejala yang berbeda, ia menjelaskan tidak mengharapkan perubahan yang nyata.
"Para ilmuwan akan menganalisis data rawat inap untuk petunjuk tentang tingkat keparahan penyakit yang terkait dengan sub varian," kata dia.
Diketahui, Afrika Selatan memasuki gelombang keempat infeksi Covid-19 yang didorong oleh Omicron akhir tahun lalu, tidak lama setelah memperingatkan dunia tentang munculnya varian yang sangat menular.
Infeksi harian mulai menurun dari pertengahan Desember setelah mencapai rekor lebih dari 26 ribu dan mereka telah stabil dalam beberapa pekan terakhir di sekitar 3 ribu kasus baru sehari.