Sabtu 05 Feb 2022 17:34 WIB

Israel di Bawah Bennett Hancurkan Palestina secara Sistematis?

Israel senantiasa menghalangi pembentukan Palestina sebagai negara berdaulat

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
 Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh, menyebut Israel senantiasa menghalangi pembentukan Palestina sebagai negara berdaulat
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh, menyebut Israel senantiasa menghalangi pembentukan Palestina sebagai negara berdaulat

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menyampaikan, Palestina tidak memiliki mitra untuk melakukan perdamaian di Israel. Dalam rapat kabinet di Ramallah, dia mengkritik Perdana Menteri Israel Naftali Bennett karena menentang pembentukan negara Palestina. 

Menurut Shtayyeh, pernyataan Bennett soal Israel dan Palestina menunjukkan kepada dunia bahwa tingkat ekstremisme dan posisi permusuhan pemerintah pendudukan terhadap perdamaian dan negosiasi politik. Pernyataan dan posisi ini, serta tindakan pendudukan di lapangan, membuktikan bahwa tidak ada mitra di pihak Israel untuk berdamai. 

Baca Juga

"Pemerintah Bennett bekerja secara sistematis untuk menghancurkan kemungkinan mendirikan negara Palestina," ucapnya, dikutip dari Jerusalem Post, Sabtu (5/2/2022). 

Pernyataan Shtayyeh tersebut disampaikan empat pekan setelah pertemuan terakhir antara Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan Menteri Pertahanan Benny Gantz di Rosh Ha'ayin. 

Hussein al-Sheikh, pejabat senior Palestina yang menghadiri pembicaraan itu, mengatakan pertemuan itu berkaitan dengan pentingnya menciptakan situasi yang mengarah pada solusi politik sesuai dengan resolusi internasional. 

Pekan lalu, Sheikh juga membuat pernyataan serupa setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid di Yerusalem. "Saya menjelaskan kepada Menteri Lapid bahwa penting untuk memiliki cakrawala politik antara kami dan Israel," katanya. 

Namun, Shtayyeh, yang tidak terlibat dalam kontak langsung dengan pejabat Israel, bersikeras bahwa tidak ada mitra untuk perdamaian dengan Israel. "Pernyataan Perdana Menteri pemerintah pendudukan mengenai penolakan pendirian negara Palestina ditolak, dan mereka mendorong kekerasan," kata Shtayyeh. 

Shtayyeh meminta Amerik Serikat dan negara-negara Uni Eropa untuk campur tangan segera untuk menghentikan Israel dari rencananya melahap lebih banyak tanah dari kota Yerusalem yang diduduki dan memotong kontinuitas geografis antara Tepi Barat utara dan selatan. 

Dia mengatakan, pembangunan pemukiman berkembang di Ma'aleh Adumim, di pinggiran timur Yerusalem, dan daerah yang dikenal sebagai E1 untuk memisahkan bagian utara dan selatan Tepi Barat. E1, kependekan dari East 1, adalah area seluas 12 ribu dunam yang terletak di antara Yerusalem dan Ma'aleh Adumim. 

Rencana Israel untuk membangun unit perumahan baru di daerah itu akan memisahkan Tepi Barat utara dan selatan dari Yerusalem timur. Konstruksi di daerah itu akan mencegah kedekatan antara bagian utara dan selatan Tepi Barat, sehingga mustahil untuk mendirikan negara Palestina di masa depan.    

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement