Ahad 06 Feb 2022 16:34 WIB

AS Cetak Sejarah, Kematian Terkait Covid-19 Tembus 900 Ribu Jiwa

Omicron di AS memicu lonjakan rawat inap yang membebani sistem perawatan kesehatan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Dokter dan perawat mengelilingi pasien yang terpapar Covid-19 di Roseland Community Hospital, Chicago, Amerika Serikat, Selasa (28/4). AS Cetak Sejarah, Kematian Terkait Covid-19 Tembus 900 Ribu Jiwa
Foto: Ashlee Rezin Garcia/Chicago Sun-Times via AP
Dokter dan perawat mengelilingi pasien yang terpapar Covid-19 di Roseland Community Hospital, Chicago, Amerika Serikat, Selasa (28/4). AS Cetak Sejarah, Kematian Terkait Covid-19 Tembus 900 Ribu Jiwa

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pandemi Covid-19 mencapai tonggak sejarah baru di Amerika Serikat (AS). Kematian kumulatif terkait Covid-19 sejak pandemi 2020 telah melampaui 900 ribu jiwa hingga data Jumat (4/2/2022) waktu setempat.

Menurut penghitungan data yang dilaporkan Reuters, jumlah kematian terkait Covid di seluruh AS mencapai setidaknya 904.228 jiwa. Angka ini setara dengan lebih dari seluruh populasi di negara bagian South Dakota.

Baca Juga

Penghitungan terbaru menandai peningkatan lebih dari 100 ribu kematian terkait Covid sejak 12 Desember. Lonjakan infeksi di negara tersebut membuat rawat inap penuh yang dipicu oleh varian Omicron yang sangat menular.

Meski tidak menimbulkan penyakit yang parah, Omicron di AS memicu lonjakan rawat inap yang membebani sistem perawatan kesehatan AS hingga batasnya dalam beberapa pekan terakhir ini. Para ahli mengatakan, sebagian besar pasien Omicron yang membutuhkan rawat inap adalah individu yang tidak divaksinasi dan orang-orang dengan kondisi kesehatan kronis.

Data juga menunjukkan Omicron mungkin telah memukul AS lebih keras daripada negara-negara lain dengan populasi keseluruhan yang lebih muda, seperti di Afrika. Presiden AS Joe Biden mendesak penyerapan vaksin yang lebih besar bagi penduduknya.

"Sekitar 250 juta orang Amerika telah menerima setidaknya satu dosis vaksin covid dan kami telah menyelamatkan lebih dari satu juta nyawa orang Amerika sebagai hasilnya," katanya dalam sebuah pernyataan.

Penghitungan terbaru ini menandakan jumlah kematian Covid-19 tertinggi yang dilaporkan oleh negara mana pun, diikuti oleh Rusia, Brasil, dan India dengan lebih dari 1,8 juta kematian digabungkan. Dalam hal kematian akibat virus corona per kapita, AS berada di peringkat ke-20, jauh di bawah dua teratas, yakni Peru dan Rusia.

Namun demikian, tingkat kematian Covid-19 AS tampaknya melambat karena lonjakan Omicron berkurang. Rata-rata tujuh hari turun selama dua hari berturut-turut menjadi 2.592, dibandingkan dengan rata-rata puncak 2.674 dalam gelombang infeksi saat ini. Sebagai perbandingan, puncak selama gelombang Delta pada Januari 2021 rata-rata 3.300 kematian per hari.

Beberapa pejabat kesehatan masyarakat mengatakan ketika wabah Omicron surut dan rawat inap menurun, pandemi dapat memasuki fase baru di AS dan di tempat lain. Di negara bagian Iowa, misalnya, gubernur mengumumkan bencana kesehatan masyarakat, dan langkah-langkah keamanan khusus yang menyertainya dan akan berakhir pada 15 Februari.

"Flu dan penyakit menular lainnya adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari, dan virus corona dapat ditangani dengan cara yang sama," kata Gubernur Iowa Kim Reynolds.

Secara nasional, kasus Covid-19 yang dikonfirmasi kini rata-rata 354 ribu sehari, setengah dari apa yang dilaporkan kurang dari dua minggu lalu dan turun dari puncak hampir 806 ribu infeksi sehari pada 15 Januari. Namun, banyak infeksi tidak terhitung karena mereka terdeteksi oleh alat pengujian di rumah dan tidak dilaporkan ke otoritas kesehatan masyarakat.

Selama tujuh hari terakhir, negara bagian yang melaporkan kasus per kapita paling baru adalah Alaska, Kentucky, negara bagian Washington, Carolina Selatan, dan Dakota Utara. Rawat inap Covid AS saat ini pada hari Kamis mencapai 117 ribu dibandingkan dengan puncaknya hampir 153 ribu pada 20 Januari.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement