REPUBLIKA.CO.ID, ADIS ABABA -- Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Afrika telah membatalkan keputusan memberikan Israel status pengamat dalam organisasi pan-Afrika tersebut. Hal ini disampaikan oleh sebuah sumber Aljazair mengatakan pada Ahad (6/2/2022).
Aljazair berpartisipasi dalam KTT Uni Afrika dua hari, yang dibuka di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, Sabtu (5/2/2022). "KTT memutuskan menghapus keputusan untuk memberikan Israel status pengamat di Uni Afrika," sumber dalam delegasi Aljazair seperti dikutip oleh saluran TV swasta Echorouk.
"Keputusan itu memahkotai upaya Aljazair dan negara-negara lain untuk membatalkan keputusan itu,” tambahnya, dilansir dari Middle East Monitor, Senin (7/2/2022).
Menurut sumber tersebut, sebuah komite yang terdiri dari perwakilan Aljazair, Afrika Selatan, Senegal, Kamerun, DR Kongo, Rwanda, dan Nigeria telah dibentuk untuk membuat rekomendasi tentang masalah ini pada KTT Uni Afrika mendatang.
Pada Juli 2021, Israel mengumumkan duta besarnya untuk Ethiopia, Admasu Al-Ali, telah menyerahkan kredensialnya sebagai anggota pengamat di Uni Afrika. Kredensialnya diterima secara sepihak oleh Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat
Beberapa negara anggota, khususnya Aljazair dan Afrika Selatan, memprotes keputusan Mahamat. Mereka mengatakan belum diajak berkonsultasi tentang langkah tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan Radio France International dan saluran satelit France 24 menjelang KTT, Menteri Luar Negeri Aljazair Ramtane Lamamra mengecam keputusan Uni Afrika memberikan Israel status pengamat. Lamamra menilai Uni Afrika melakukan kesalahan ganda.
"Ini buruk bagi organisasi dan dapat membahayakan solidaritas yang harus ada di antara negara-negara anggota,” ujarnya.
Dalam KTT di Addis Ababa, Uni Afrika bakal membahas permintaan Israel untuk status pengamat. Sebab keputusan tentang persoalan tersebut ditunda Dewan Eksekutif Uni Afrika.