BI dan UGM Optimalisasi PLTS untuk UMKM dan Pertanian di Gunungkidul

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq

 Peluncuran program Serikat Surya Handayani (SSH) di Graha BMT Ummat, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY.
Peluncuran program Serikat Surya Handayani (SSH) di Graha BMT Ummat, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY. | Foto: Dokumen.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Bank Indonesia (BI), Pemkab Gunungkidul, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta meluncurkan program Serikat Surya Handayani (SSH). Ini merupakan program penguatan bisnis energi yang ramah lingkungan berbasis masyarakat.

Peluncuran program dilakukan di Graha BMT Ummat, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Dihadiri Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, Arief Hartawan, Bupati Gunungkidul Sunaryanta, dan Rektor UGM Prof Panut Mulyono.

Program pembentukan SSH merupakan hasil inisiasi Pusat Studi Kerakyatan (Pustek) UGM dengan Bank Indonesia dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Warga yang tergabung SSH nanti mengelola PLTS berkekuatan 12 ribu watt peak.

Dengan melibatkan kemitraan BMT Ummat, pelaku usaha UMKM, dua sekolah SMK, dan mitra industri bidang teknologi energi terbarukan. Nantinya, PLTS dimanfaatkan untuk mendukung usaha olahan produk biofarmaka dan usaha batik di Gunungkidul.

Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, Arif Hartawan merasa, sinergi pengembangan energi baru dan terbarukan selaras pengembangan ekonomi hijau yang dicanangkan BI. Untuk mengurangi ketergantungan kepada bahan bakar energi fosil.

Arif berharap, peluncuran ini menginspirasi daerah lain dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan untuk kegiatan ekonomi berbasis masyarakat. Jadi simpul yang tersambung dan terintegrasi daerah lain, akselerator pertumbuhan ekonomi baru.

"Ekonomi hijau menjadi perhatian pertemuan pemimpin G20. Kita memiliki peluang cukup besar karena memiliki sumber energi angin, panas bumi dan panas matahari," kata Arif.

Bupati Gunungkidul, Sunaryanta berharap, pengembangan energi baru dan terbarukan bisa dioptimalkan penggunaannya ke lahan kering pertanian yang sebagian besar melingkupi Gunungkidul. Sebab, 70-80 persen penduduk bekerja sektor pertanian.

"Sehingga, EBT bisa optimalisasi untuk lahan kering dan EBT bisa menjadi solusi kebutuhan akan pengangkatan air sangat luar biasa," ujarnya.

Rektor UGM, Prof Panut Mulyono menerangkan, PLTS yang merupakan hibah BI dipakai pula bagi petani tegan. Menggunakan pompa surya berjalan atau mobile solar water pumping system yang akan dimanfaatkan untuk mengangkat air saat musim kemarau.

Jadi, pompa surya ini akan banyak berfungsi bila sudah musim kemarau, dan nanti bisa disewa dengan biaya terjangkau. Panut berpendapat, kegunaan PLTS yang dikelola oleh anggota-anggota SSH ini akan pula digunakan untuk mengairi sawah.

Selain itu, untuk memasok kebutuhan air di tempat-tempat ibadah. Apalagi, lewat jalinan kerja sama dengan BMT Ummat, PLTS yang dikembngakan UGM tersebut dapat dioptimalkan mengembangkan bisnis air minum yang dikelola anggota-anggota SSH.

"Hasil dari bisnis ini digunakan untuk perbaikan dan perawatan rutin komponen panel surya yang diperkirakan bisa digunakan hingga lebih dari 20 tahun," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


UGM dan Leiden University Perkuat Pelestarian Tumbuhan Tropika

Menhan Prabowo Subianto Kunjungo Pameran Drone Akademisi UGM

Puluhan Dosen Muda UGM Ikut Sekolah DPL KKN PPM

BEM UGM Usul Ada Kuota MBKM untuk Penyamarataan Akses Perguruan Tinggi

Medsos UGM Masuk 10 Besar Kampus Terpopuler Dunia, Bareng Harvard dan Stanford

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark