REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laju pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang kuartal IV 2021 mencapai 5,02 persen year on year (yoy), meningkat dari pertumbuhan kuartal III sebesar 3,51 persen. Peningkatan pertumbuhan itu sejalan dengan menurunnya kasus Covid-19 karena penanganan pandemi yang semakin membaik.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core), Yusuf Rendy Manilet, mengatakan, pola itu menunjukkan sangat dengan sangat jelas ketika pandemi tertangani secara optimal, maka pemulihan ekonomi juga lebih cepat.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III lalu yang sebesar 3,51 persen merupakan penurunan dari kuartal II yang tinggi mencapai 7,07 persen. Penurunan itu karena adanya puncak gelombang Covid-19 varian Delta pada Juli 2021.
"Ini pola yang sudah diketahui bersama dan tidak perlu lagi ada perdebatan antara kesehatan atau ekonomi karena penentu pemulihan ekonomi akan ditentukan dari bagaimana pemerintah menangani pandemi," kata Yusuf kepada Republika.co.id, Senin (7/2/2022).
Yusuf mengatakan, data-data pertumbuhan ekonomi 2021 yang sudah lengkap dirilis harus menjadi pelajaran penting untuk menjaga laju perekonomian di tahun 2022. Sebab, seperti diketahui kasus harian Covid-19 mulai meningkat kembali dan berpotensi menjadi gelombang ketiga.
Peningkatan kasus itu tidak lepas dari masuknya varian Omicron yang memiliki tingkat penularan lebih cepat dari Delta. "Seberapa cepat respons pemerintah akan menentukan bagaimana dinamika perekonomian kita di kuartal pertama. Setidaknya laju penyebaran virus bisa ditekan agar dampaknya tidak berlarut-larut," ujarnya.
Lebih lanjut, Yusuf mengatakan, stimulus fiskal dari pemerintah juga tetap dibutuhkan untuk mendorong konsumsi dalam negeri. Baik itu konsumsi yang dilakukan masyarakat maupun belanja pemerintah.
"Ketika belanja pemerintah melalui kebijakan fiskal bisa optimal, maka secara tidak langsung akan memberi stimulus ekonomi pada masyarakat sehingga konsumsi akan terangkat," katanya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono sebelumnya mengatakan, sejumlah faktor pendorong ekonomi di kuartal terakhir 2021 menunjukkan perbaikan. Baik dari sisi ekonomi global, mobilitas masyarakat, serta belanja pemerintah dan realisasi investasi.
Ia menjelaskan, dari sisi ekonomi global, seluruh negara mitra dagang menunjukkan perbaikan ekonomi yang diikuti dengan meningkatkan nilai ekspor Indonesia ke sejumlah negara tersebut. Di antaranya yakni China, Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, Vietnam, Hongkong dan Uni Eropa.
Sementara itu di saat yang bersamaan harga komoditas unggulan Indonesa mengalami kenaikan harga. Misalnya seperti minyak sawit mentah (CPO) yang meningkat 42,41 persen yoy di kuartal IV. Batubara juga naik 168,01 persen yoy dan nikel meningkat 23,9 persen yoy.
"Peningkatan harga komoditas internasional akan berpengaruh ke ekspor kita.
Sementara itu, mobilitas masyarakat pada akhir tahun juga menunjukkan perbaikan cukup signifikan. "Seiring penurunan kasus Covid-19, kita alami perbaikan, terutama di sektor transportasi," ujarnya.
Faktor terakhir yakni belanja pemerintah yang menguat. Belanja pegawai naik 2,7 persen yoy, belanja barang dan jasa naik 25,1 persen yoy, belanja modal naik 10,6 persen yoy, serta bantuan sosial juga meningkat 23,4 persen.
Adapun realisasi penanaman modal asing dan dalam negeri sepanjang kuartal IV meningkat 12,5 persen yoy.
"Dengan berbagai catatan peristiwa itu, perekonomian pada kuartal IV diukur dari besaran produk domestik bruto (PDB) mencapai Rp 4,498 trilun," katanya.