REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan meski kasus Covid-19 di Indonesia saat ini tengah kembali meningkat, tetapi tingkat perawatan di rumah sakit dan kematian masih jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu saat gelombang varian delta.
"Tren kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia meningkat sangat pesat. Namun, secara umum dampak terhadap rumah sakit dan kematian secara keseluruhan relatif masih jauh lebih kecil dibandingkan delta," katanya dalam konferensi pers evaluasi PPKM yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin (7/2/2022).
Luhut mencontohkan, kenaikan kasus di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten yang meningkat sangat pesat tetapi angka perawatan rumah sakit dan kematian masih relatif rendah dan lebih kecil dibandingkan gelombang delta. Kendati demikian, ia menuturkan Provinsi Bali perlu mendapatkan perhatian khusus karena terdapat tren penambahan kasus yang sudah melebihi puncak gelombang delta. Demikian pula angka keterisian rumah sakit yang juga meningkat.
"Tapi masih tetap dalam borderline (garis batas)," katanya.
Koordinator PPKM Jawa Bali itu menjelaskan level asesmen PPKM yang ditetapkan pemerintah memang memberikan bobot lebih besar terhadap rawat inap rumah sakit. Ada pun saat ini sekitar 65 persen pasien yang dirawat di rumah sakit memiliki gejala yang ringan dan tanpa gejala. Oleh karena itu, Luhut meminta agar orang-orang terpapar Covid-19 dengan gejala ringan dan tanpa gejala untuk masuk isolasi terpusat (isoter) agar tidak membebani fasilitas kesehatan.
"Jadi kita ingin yang ringan-ringan itu, OTG, jangan masuk rumah sakit supaya BOR-nya (tingkat keterisian rumah sakit) tetap rendah. Juga kita lihat nanti (okupansi) ICU itu juga jadi indikator yang kuat," katanya.
Varian omicron tercatat menyebabkan penularan yang lebih cepat. Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Israel, Prancis dan Jepang mencatat angka kematian terkonfirmasi Covid-19 sudah melewati puncak delta. Namun, pola yang berbeda terjadi di negara lain seperti India atau Afrika Selatan.
"Untuk itu pemerintah terus melakukan pembaharuan data, meminta masukan dari para ahli dan menganalisis perkembangan yang terjadi di seluruh negara sehingga bisa menjadi masukan dalam penanganan omicron di Indonesia," kata Luhut.
Baca: Akses Masuk Dibatasi, WNA Harus Penuhi Syarat untuk Datang ke Indonesia
Baca: Anies Akui Sempat akan Hentikan PTM Selama 1 Bulan
Baca: Pemkab Tangerang Kembali Terapkan Pembelajaran Jarak Jauh di Semua Sekolah