REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Kematian Rayan Awram (5 tahun) seusai terjebak empat hari di sebuah sumur di Desa Ighran dekat Kota Chefchaouen, Maroko, memunculkan simpati dari seluruh dunia. Dari warga di seluruh desanya, Raja Maroko, Vatikan, hingga klub sepak bola internasional merasakan kepedihan atas kematian Rayan.
Kisah upaya penyelamatan yang akhirnya gagal menyayat hati banyak negara dan banyak orang di luar negeri selama berhari-hari. Tubuh Rayan berhasil ditarik keluar pada Sabtu (5/2) malam, menyusul operasi yang melibatkan pemotongan sebagian besar lereng bukit yang berdekatan dan kemudian membuat terowongan ke dasar sumur untuk mencapai di mana anak itu terjebak.
Banyak dari petugas penyelamat lelah berhari-hari dalam proses penyelamatan. Ratusan orang yang berkumpul di sekitar sumur berharap kabar baik. Namun ketika tim penyelamat mendeteksi nyawa Rayan tak berhasil diselamatkan, semua orang di sana menangis.
"Saya mendengar orang-orang berteriak kegirangan setelah bocah itu ditemukan mengira dia masih hidup, tetapi kemudian kami mengetahui bahwa dia tidak hidup. Saya tidak pernah merasa sesedih ini," kata seorang warga yang menyaksikan upaya penyelamatan, Noureddine kepada Reuters.
Orang tua bocah itu berbicara kepada TV Al Oula setelah tubuh putra mereka diangkat dari sumur. "Ini adalah kehendak Tuhan. Saya berterima kasih kepada semua upaya mereka untuk membantu," kata ibu Rayan, Ouassima Kharchich, suaranya tegang karena kesedihan dan nyaris tidak terdengar.
"Kami berterima kasih banyak kepada orang-orang dan pihak berwenang yang membantu kami," kata sang ayah, Khalid Awram.
Raja Maroko Mohammed VI menyampaikan belasungkawa kepada orang tua dalam panggilan telepon pada Sabtu malam. Belum jelas waktu pemakaman Rayan akan berlangsung, namun para simpatisan melakukan perjalanan ke desa pada Ahad waktu setempat untuk menyampaikan belasungkawa kepada keluarga.