REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS – Angkatan Laut Tunisia menyelamatkan 163 pencari suaka di sebuah kapal sejauh 12 kilometer dari pantai kota Sfax, pada Ahad (6/2/2022) waktu setempat. Para pencari suaka tersebut termasuk sembilan wanita dan 16 anak-anak.
Seperti dilansir laman Anadolu Agency, Senin (7/2), Kementerian Pertahanan Tunisia mengatakan, penyelamatan ini merupakan bagian dari operasi gabungan dengan penjaga pantai Tunisia. Dikatakan bahwa 162 migran ini adalah warga Tunisia, dan satu warga Maroko.
Laman Al Arabiya mencatat para penumpang berusia antara delapan dan 48 tahun. Mereka berangkat Jumat (4/2) malam hingga Sabtu (5/2) dengan tujuan diam-diam melintasi perbatasan laut ke Eropa.
Para migran kemudian dibawa ke pelabuhan perikanan Sfax, di mana mereka diserahkan kepada penjaga pantai. Terletak sekitar 200 kilometer (124 mil) dari pulau Sisilia Italia, ekonomi Tunisia telah dirusak oleh pandemi virus corona.
Baik Tunisia maupun negara tetangga Libya telah menjadi landasan peluncuran bagi para migran yang melakukan upaya putus asa untuk mencapai Eropa. Rute Mediterania Tengah telah menjadi jalur migrasi paling mematikan di dunia.
Sfax berada di pantai timur Tunisia. Pantai kota itu adalah titik keberangkatan utama bagi para migran yang ingin pergi ke Eropa.
Pihak berwenang Tunisia menghentikan upaya migrasi ilegal hampir setiap hari. Polisi juga kerap menangkap ratusan migran gelap.
Selama bertahun-tahun, negara-negara Maghreb seperti Tunisia, Aljazair, Libya, Mauritania, dan Maroko telah menyaksikan upaya para migran terutama dari Afrika Sub-Sahara untuk mencapai Eropa. Mereka berharap untuk kehidupan yang lebih baik.
Sementara beberapa dari mereka berhasil mencapai tujuan mereka, yang lain banyak yang tidak beruntung meninggal dunia selama perjalanan. Keberangkatan melonjak pesat pada 2021, dengan hampir 55 ribu migran mencapai Italia dalam 10 bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan di bawah 30 ribu tahun sebelumnya.
Forum Tunisia untuk Hak Ekonomi dan Sosial mengatakan bahwa selama tiga kuartal pertama tahun lalu, penjaga pantai mencegat 19.500 migran selama upaya penyeberangan. Badan pengungsi PBB mengatakan setidaknya 1.300 orang hilang atau tenggelam dalam periode yang sama.