Selasa 08 Feb 2022 11:42 WIB

Bisakah AS Tutup Pipa Gas Nord Stream 2?

Jerman setuju menunda proyek Nord Stream 2 tapi menolak membatalkan sepenuhnya

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Presiden Joe Biden
Foto: AP/Patrick Semansky
Presiden Joe Biden

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan proyek pipa gas Rusia-Jerman Nord Stream 2 akan dihentikan bila Moskow memutuskan menginvasi Ukraina. Ia juga menekankan persatuan saat bertemu Kanselir Jerman Olaf Scholz.

Dalam konferensi pers di Gedung Putih, Biden mengatakan pergerakan pasukan Rusia menyeberangi perbatasan akan menutup proyek Nord Stream 2. Ia sudah lama menentang pembangunan pipa gas tersebut.

Baca Juga

"Bila Rusia menginvasi, baik tentara atau tank ke perbatasan Ukraina lagi, maka tidak akan ada lagi Nord Stream 2, kami akan mengakhirinya," kata Biden, Selasa (7/2/2022).

Ia ditanya bagaimana AS akan menutup proyek itu sementara Jerman yang mengendalikannya. "Saya berjanji, kami akan dapat melakukannya," jawab Biden.

Scholz mengatakan Jerman memiliki pendekatan yang sama dengan AS mengenai Ukraina, Rusia dan sanksi-sanksi ke Moskow bila menginvasi negara tetangganya. Tapi ia tidak mengkonfirmasi langsung rencana Nord Stream 2 atau menyebutkan nama pipa gas itu selama kunjungannya.

Posisi AS dan Jerman pada proyek senilai 11 miliar dolar AS itu sangat penting dalam krisis Ukraina. Terutama dalam upaya dua negera demokrasi yang memimpin NATO itu melawan balik Presiden Rusia Vladimir Putin.

Rusia menumpuk 100 ribu pasukannya di sepanjang perbatasan dengan Ukraina. Mereka membantah berencana menginvasi negara tetangganya itu seperti yang dituduhkan AS dan negara-negara Barat. Pejabat AS mengatakan serangan dapat dilakukan dalam beberapa hari atau pekan ke depan.

Scholz mendapat hujan kritikan dari dalam dan luar negeri karena dianggap tidak mampu memimpin dalam krisis. Di Gedung Putih ia mengatakan Rusia akan membayar harga mahal bila menginvasi Ukraina dan menegaskan Jerman dan AS memiliki pendekatan yang serupa.

"Kami akan bersatu, kami akan bertindak bersama, dan kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan," katanya dalam bahasa Inggris.

Sebelum gas melalui pipa Nord Stream 2 mengalir, Jerman sudah menggunakan gas Rusia untuk memenuhi setengah dari kebutuhannya. Berlin menunda menyetujui proyek itu setidaknya sampai paruh kedua 2022 tapi menolak membatalkannya sepenuhnya.

Biden dan Scholz menekankan mereka lebih memilih solusi diplomatik dalam mengatasi konflik Ukraina. Biden menegaskan Rusia masih memiliki "jalan keluar" dari krisis ini.

Scholz yang popularitasnya turun 17 persen dalam beberapa pekan terakhir karena ketegangan dengan Moskow dijadwalkan akan berkunjung ke Ukraina dan Rusia pada pekan depan. Setelah ia bertemu dengan Biden, pejabat-pejabat Uni Eropa dan kepala negara-negara Baltik.

Hubungan Biden-Scholz menjadi sangat penting ketika Presiden Prancis Emmanuel macron belum mendeklarasikan akan maju kembali dalam pemilihan umum yang akan digelar tiga bulan lagi. Sementara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson harus menghadapi gejolak di dalam negeri. Pada Senin (7/2/2022) kemarin Macron bertemu Putin dan mengatakan ia ingin menghindari perang dan membangun kepercayaan.

Dalam kunjungan di Washington, Scholz juga bertemu dengan anggota parlemen AS dari kedua partai. Ia bertemu dengan Senator dari Partai Demokrat Chuck Schumer dan Senator Republik Mitch McConnell.

Biden mengatakan ia tidak meragukan kemampuan Jerman untuk dapat diandalkan sebagai mitra. Pada Scholz ia menegaskan AS sepenuhnya percaya pada Jerman. "Tidak ada keraguan pada kemitraan Jerman dengan Amerika Serikat, tidak ada," kata Biden.

Biden dan pemerintah AS menekankan Jerman merupakan pendonor kedua terbesar bantuan non-militer ke Kiev setelah Amerika. Selain itu kedua negara juga berencana menerapkan sanksi pada Rusia.

Detail paket sanksi masih difinalisasi tapi pejabat pemerintah AS mengatakan melarang Rusia dari sistem transaksi finansial SWIFT masih menjadi opsi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement