REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) menjamin pasokan minyak goreng murah sesuai harga eceran tertinggi (HET) akan lancar dalam sepekan ke depan hingga ke wilayah Indonesia timur. Kemendag pun memastikan mengontrol ketat suplai produksi minyak sawit untuk dalam negeri sebelum diekspor oleh para produsen.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag, Oke Nurwan, mengatakan, saat ini tercatat ada 40 juta liter minyak sawit yang siap didistribusikan. Volume itu merupakan hasil dari kebijakan domestic market obligation (DMO) sebesar 20 persen dari pasokan minyak sawit mentah (CPO) yang akan diekspor.
"Saya sudah mendapat laporan itu dan sudah dicek sampai ke wilayah timur. Jadi saya pastikan dalam seminggu ke depan pasokan sudah lancar," kata Oke dalam Dialog Pelayanan Publik Ombudsman, Selasa (8/2/2022).
Kemendag memastikan produksi CPO untuk kebutuhan minyak goreng dalam negeri tidak akan bocor dan dijual ke luar negeri. Sebab, hingga saat ini saja, dari 196 perusahaan eksportir, baru diterbikan izin ekspor untuk 14 perusahaan karena kebanyakan belum memenuhi pasokan dalam negeri sesuai kebijakan DMO.
Oke mengatakan, pasokan minyak goreng hasil DMO akan mulai mengisi pasar-pasar tradisional dalam kemasan curah seharga Rp 11.500 di tingkat konsumen. Diharapkan, dengan kelancaran distribusi minyak curah untuk pasar, tekanan permintaan terhadap toko ritel modern bisa dikurangi.
Pasalnya, permintaan minyak goreng di ritel sangat tinggi karena dapat dengan cepat menerapkan ketentuan HET sehingga menjadi incaran masyarakat. Bahkan mengarah pada panic buying yang membuat stok cepat habis.
Adapun minyak goreng yang dijual ritel yakni kemasan sederhana seharga Rp 13.500 per liter dan kemasan premium Rp 14 ribu per liter.
Oke menjelaskan, kapasitas maksimal penyimpanan minyak goreng di ritel modern sekitar 20 hingga 25 juta liter per bulan. Jumlah itu cukup kecil jika dibandingkan dengan total kebutuhan minyak goreng untuk masyarakat yang mencapai 327 juta liter per bulan.
Adapun stok minyak goreng di toko ritel, berdasarkan laporan terakhir yang diterima Kemendag, gudang telah terisi sekitar 12 juta liter atau 50 persen dari kapasitas penyimpanan.
"Artinya di toko ritel saat ini sudah tersedia hanya saja mungkin masih dalam perjalanan. Di Jawa itu cepat, yang saya perhatikan itu di timur," katanya.
Pihaknya pun menilai praktik penimbunan seharusnya tidak terjadi. Pasalnya oknum yang menimbun akan rugi karena harga acuan telah ditetapkan pemerintah. Apalagi, pemerintah telah menetapkan HET berdasarkan jenis kemasan dari semula satu harga Rp 14 ribu per liter.
"Pengawasan supply chain terus berjalan dan sudah kembali normal sehingga tidak ada yang timbun. Kalaupun mau timbun ya silakan, tapi harga sudah kita batasi," kata dia.