REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli kesehatan di Amerika Serikat mengimbau adanya perpanjangan jarak penyuntikan dosis pertama dan kedua vaksin Covid-19. Imbauan ini sedang dipertimbangkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Anjuran tersebut disampaikan oleh petugas CDC Dr Sara Oliver dalam sebuah presentasi, dilansir dari Fox News, Selasa (8/2/2022). Dr Oliver mengatakan, jarak penyuntikan antardosis selama delapan pekan tampak menurunkan risiko peradangan jantung atau miokarditis terkait vaksin Covid-19.
Anjuran ini rencananya akan diberlakukan untuk dua vaksin Covid-19. Kedua vaksin tersebut adalah Moderna dan Pfizer.
Dr Oliver mengatakan miokarditis merupakan efek samping yang kerap dikaitkan dengan vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna. Efek samping ini sebenarnya langka, dan sebagian besar kasusnya bersifat ringan dan dapat diperbaiki dengan cepat. Efek samping tersebut cenderung lebih banyak ditemukan pada laki-laki.
CDC juga sedang mempertimbangkan perubahan interval pemberian dosis vaksin Covid-19 untuk individu dengan gangguan imun. Menurut panduan CDC yang berlaku saat ini, individu dengan gangguan imun dianjurkan untuk mendapatkan empat dosis vaksin Covid-19.
Dalam panduan tersebut, CDC mengimbau agar tiga dosis vaksin Covid-19 diberikan kepada individu dengan gangguan imun dalam waktu dua bulan. Dosis keempat diberikan dalam kurun waktu lima bulan setelah pemberian dosis ketiga.
Perubahan yang sedang dipertimbangkan CDC untuk kelompok dengan gangguan imun ini adalah interval untuk pemberian dosis keempat. CDC mengindikasikan dosis keempat vaksin Covid-19 sebaiknya diberikan tiga bulan setelah dosis ketiga disuntikkan.
Anjuran tersebut hanya diberlakukan untuk dua kelompok. Kelompok tersebut adalah warga berusia 18 tahun ke atas yang menerima vaksin Covid-19 Moderna atau Johnson & Johnson, dan warga berusia 12 tahun ke atas yang menerima vaksin Covid-19 Pfizer.