Selasa 08 Feb 2022 15:39 WIB

PBB: 13 Juta Jiwa di Tanduk Afrika Berada di Ambang Kelaparan

Masyarakat di Somalia, Ethiopia, dan Kenya mengalami kekeringan terburuk sejak 1981.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Seorang perempuan Ethiopia menyortir pasokan makanan yang didistribusikan oleh Program Pangan Dunia (WFP) di Adadle di wilayah Somalia, Sabtu (22/1/2022).
Foto: Claire Nevill/WFP via AP
Seorang perempuan Ethiopia menyortir pasokan makanan yang didistribusikan oleh Program Pangan Dunia (WFP) di Adadle di wilayah Somalia, Sabtu (22/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan kekeringan mendorong sekitar 13 juta jiwa di Tanduk Afrika berada di ambang kelaparan. Masyarakat di Somalia, Ethiopia, dan Kenya mengalami kekeringan terburuk sejak 1981.

Lembaga PBB itu mendesak bantuan untuk mencegah krisis kemanusian terburuk. Kekeringan berdampak pada masyarakat pengembala dan petani di seluruh selatan dan tenggara Ethiopia, tenggara dan utara Kenya dan selatan-tengah Somalia.

Baca Juga

Angka malnutrisi juga tinggi di kawasan tersebut. WFP mengatakan mereka memerlukan 327 juta dolar AS untuk 4,5 juta orang sangat membutuhkan selama enam bulan ke depan dan membantu masyarakat agar lebih tahan pada perubahan iklim ekstrem.

"Kegagalan musim hujan tiga kali berturut-turut merusak tanaman dan menyebabkan kematian hewan ternak yang sangat tinggi," kata WFP dalam pernyataannya, Selasa (8/2/2022).

"Kekurangan air dan padang rumput memaksa keluarga-keluarga pindah dari rumah mereka dan meningkatkan konflik di antara masyarakat," tambah lembaga itu.

Diprediksi curah hujan akan terus memburuk selama beberapa bulan ke depan. Organisasi PBB yang lain juga sudah memperingatkan kerentanan kawasan itu diperburuk kekerasan kelompok bersenjata yang sporadis.

Pada bulan Februari lalu Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengatakan lebih dari 6 juta orang di Ethiopia membutuhkan bantuan kemanusiaan pada pertengahan Maret. Konsorsium Lembaga Swadaya Masyarakat Somalia mengatakan lebih dari 7 juta orang di negara itu membutuhkan pertolongan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement