Selasa 08 Feb 2022 23:09 WIB

Tekan Angka Kasus Covid-19 Agar Kematian tidak Bertambah

Menekan angka kasus jadi salah satu upaya menekan angka kematian Covid-19.

Red: Nora Azizah
Menekan angka kasus jadi salah satu upaya menekan angka kematian Covid-19.
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Menekan angka kasus jadi salah satu upaya menekan angka kematian Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menyampaikan bahwa pemerintah terus berupaya untuk menekan angka kasus sehingga kematian akibat terinfeksi COVID-19 tidak bertambah. "Saya percaya apabila kita segera menurunkan kasus angka kematian dapat ditekan hingga tidak ada satupun orang meninggal," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (8/2/2022).

Ia mengemukakan, angka kematian sampai saat ini masih dapat dipertahankan tetap rendah yaitu sebesar 244 korban jiwa di minggu terakhir. Jumlah kematian itu, kata dia, delapan kali lebih kecil dibandingkan dengan lonjakan kasus pada gelombang pertama dan kedua.

Baca Juga

Ia memaparkan, pada lonjakan kasus gelombang pertama tercatat angka kematian mencapai sekitar 2.000 orang dan pada gelombang kedua sekitar 6.000 orang.

"Meskipun demikian, nyawa tetaplah nyawa yang berharga. Untuk itu setiap kita memiliki peran tanggung jawab yang sama pentingnya untuk mencegah jangan sampai satu orang pun tertular," tuturnya.

Khusus bagi masyarakat yang berada dalam wilayah kenaikan kasus yang tinggi, Wiku meminta masyarakat untuk tetap disiplin melaksanakan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

"Dimohon pula untuk tidak menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menyebabkan kerumunan seperti perayaan dan acara keluarga," tuturnya.

Wiku mengemukakan, lebih dari 90 persen penambahan kasus nasional saat ini disumbangkan oleh provinsi-provinsi di pulau Jawa dan Bali. Ia merinci, DKI Jakarta bertambah 44.000 kasus, Jawa Barat 28.000 kasus, Banten 15.000 kasus, Bali 7.500 kasus, Jawa Timur 7.000 kasus, Jawa Tengah 3.500 kasus, dan Daerah Istimewa Yogyakarta 1.000 kasus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement