Rabu 09 Feb 2022 12:56 WIB

Perbankan Eropa Diperingatkan Hadapi Serangan Siber Rusia

Ketegangan Rusia dan Ukraina dikhawatirkan berdampak di seluruh wilayah Eropa.

Red: Nur Aini
Trem melaju ke kota dengan latar belakang Bank Sentral Eropa di Frankfurt, Jerman, Rabu, 19 Mei 2021.
Foto: AP/Michael Probst
Trem melaju ke kota dengan latar belakang Bank Sentral Eropa di Frankfurt, Jerman, Rabu, 19 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bank Sentral Eropa sedang mempersiapkan bank-bank untuk menghadapi kemungkinan serangan siber yang disponsori Rusia ketika ketegangan dengan Ukraina meningkat, kata dua orang sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Persiapan itu dilakukan regulator keuangan Eropa ketika kawasan itu bersiap menghadapi dampak finansial dari setiap konflik. Kebuntuan antara Rusia dan Ukraina telah mengguncang para pemimpin politik dan bisnis Eropa yang khawatir bahwa invasi akan menimbulkan kerusakan di seluruh kawasan Eropa.

Baca Juga

Awal pekan ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron berangkat dari Moskow ke Kiev dalam upaya untuk bertindak sebagai mediator setelah Rusia mengumpulkan pasukan di dekat Ukraina.Saat ini, Bank Sentral Eropa (ECB) waspada terhadap ancaman serangan dunia maya yang diluncurkan dari Rusia terhadap bank-bank, kata dua sumber itu.

Sementara regulator Eropa fokus pada aksi-aksi penipuan biasa yang berkembang pesat selama pandemi, krisis Ukraina telah mengalihkan perhatian ke serangan dunia maya yang diluncurkan dari Rusia, kata seorang sumber. Dia juga mengatakan bahwa ECB telah menanyai bank-bank tentang pertahanan siber mereka. Bank-bank (di Eropa) sedang memainkan simulasi perang siber untuk menguji kemampuan mereka menangkis serangan siber, kata sumber itu.

ECB, yang memilih untuk mengatasi kerentanan keamanan siber sebagai salah satu prioritasnya, telah menolak berkomentar. Namun, kekhawatiran ECB tentang serangan dunia maya itu terlihat di seluruh dunia.

Departemen Layanan Keuangan New York pada akhir Januari 2022 mengeluarkan peringatan kepada lembaga-lembaga keuangan tentang serangan siber pembalasan jika Rusia menyerang Ukraina dan memicu sanksi AS, menurut Intelijen Regulasi Thomson Reuters.

Peringatan Keras

AS, Uni Eropa, dan Inggris telah berulang kali memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tidak menyerang Ukraina setelah Moskow mengerahkan sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasan dengan Ukraina, tetangganya yang bekas pecahan Uni Soviet. Pada awal 2022, beberapa situs web Ukraina terkena serangan siber yang meninggalkan peringatan untuk "takut dan bersiap untuk hal terburuk" karena Rusia telah mengumpulkan pasukan di dekat perbatasan Ukraina. Layanan keamanan negara Ukraina SBU mengatakan melihat tanda-tanda serangan siber itu terkait dengan kelompok peretas yang terkait dengan dinas intelijen Rusia.

Sementara itu, para pejabat Rusia mengatakan negara-negara Barat sedang dicengkeram oleh Russophobia (fobia terhadap Rusia) dan tidak memiliki hak untuk menceramahi Moskow tentang cara bertindak setelah Barat memperluas aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ke arah timur sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991. Kremlin juga berulang kali membantah bahwa Rusia terlibat dalam kasus peretasan di seluruh dunia dan mengatakan siap bekerja sama dengan AS dan negara lain untuk menindak kejahatan dunia maya.

Meskipun demikian, regulator di Eropa sangat waspada. Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris memperingatkan organisasi-organisasi besar untuk meningkatkan ketahanan keamanan siber mereka di tengah ketegangan yang semakin dalam di Ukraina.

Pada Selasa (8/2), kepala pengawas otoritas pengawas keuangan federal Jerman (BaFin) Mark Branson mengatakan pada sebuah konferensi daring bahwa perang siber saling berhubungan dengan geopolitik dan keamanan. Gedung Putih juga menyalahkan Rusia atas serangan siber "NotPetya" yang menghancurkan pada 2017, ketika sebuah virus melumpuhkan sebagian infrastruktur Ukraina dan melumpuhkan ribuan komputer di puluhan negara. Namun, beberapa pihak meyakini bahwa krisis Ukraina telah melebar di luar proporsi. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menuduh Washington dan media telah memicu kepanikan.

Baca:  Rumah Isolasi Covid-19 di Antapani Bandung

Baca: Kasus Meningkat, Indramayu Naik Jadi Level 2 PPKM

Baca: Mahfud Soal Insiden di Wadas: Polisi Sudah Bertindak Sesuai Prosedur

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement