Rabu 09 Feb 2022 14:22 WIB

Macron Optimistis Eskalasi Rusia dan Ukraina Dapat Diturunkan

Macron merupakan pemimpin Barat pertama yang bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, mendengarkan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang tengah berbicara di Moskow, Senin (7/2/2022). Usai bertemu Putin, Macron bertolak ke Kyiv, Ukraina pada Selasa (8/2/2022) pagi waktu setempat
Foto: AP Photo/Thibault Camus, Pool
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, mendengarkan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang tengah berbicara di Moskow, Senin (7/2/2022). Usai bertemu Putin, Macron bertolak ke Kyiv, Ukraina pada Selasa (8/2/2022) pagi waktu setempat

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron meyakini bahwa eskalasi krisis antara Rusia dan Ukraina dapat diturunkan. Dia meminta semua pihak untuk tetap bersikap tenang.

"(Bersikap) tenang sangat penting bagi semua pihak, terutama dalam perkataan maupun tindakan," ujar Macron.

Baca Juga

Macron merupakan pemimpin Barat pertama yang bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, sejak Moskow mengumpulkan pasukan di dekat perbatasan Ukraina. Macron mengatakan, dalam pertemuan tersebut Putin menyatakan bahwa Rusia tidak akan meningkatkan krisis dengan Ukraina. 

Pertemuan antara Macron dan Putin tidak menciptakan sebuah trobosan. Tetapi Macron percaya, pembicaraannya dengan Putin telah membantu mencegah krisis meningkat lebih lanjut. Dia tidak pernah berharap "sedetik pun" bahwa Putin akan membuat konsesi.

Macron mengatakan, Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy telah berkomitmen pada prinsip-prinsip perjanjian damai 2014. Macron menambahkan, kesepakatan damai yang dikenal sebagai perjanjian Minsk, menawarkan jalan untuk menyelesaikan perselisihan Rusia dan Ukraina yang sedang berlangsung.

"Tekad bersama ini adalah satu-satunya cara yang memungkinkan kita untuk menciptakan perdamaian, satu-satunya cara untuk menciptakan solusi politik yang layak," kata Macron pada konferensi pers bersama dengan Zelenskiy.

Sementara itu, Zelenskiy skeptis terhadap janji-janji yang disampaikan oleh Putin kepada Macron. "Saya tidak terlalu percaya kata-kata, saya yakin setiap politisi bisa transparan dengan mengambil langkah-langkah konkrit," katanya.

Moskow menyangkal tuduhan Barat bahwa mereka merencanakan serangan ke Ukraina. Rusia menuntut aliansi NATO agar tidak melebarkan sayap ke wilayah Timur. Tuntutan lainnya antara lain, NATO tidak menempatkan rudal di dekat perbatasan Rusia, pengurangan infrastruktur NATO, dan larangan Ukraina bergabung dengan aliansi tersebut.

Amerika Serikat dan Uni Eropa mengancam akan menjatuhkan sanksi yang cukup berat, jika Rusia menyerang Ukraina. Moskow masih menjadi pemasok energi terbesar di Eropa, dan telah mendapatkan sanksi sejak mereka merebut semenanjung Krimea Ukraina pada 2014. 

Dalam beberapa pekan terakhir, para pemimpin Barat telah terlibat dalam pembicaraan tingkat tinggi. Pada Selasa (7/2), Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa, enam kapal pendarat amfibi bergerak dari Mediterania ke Laut Hitam untuk latihan. Selain itu,dua pesawat pengebom nuklir jarak jauh Tu-22M3 menerbangkan patroli lain di Belarus. Rusia dan Belarus berencana untuk menggelar latihan militer bersama. 

sumber : Reuters/AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement